Kadang aku membayangkanmu sebagai senja, agar aku bisa melihatmu setiap sore.
Senja yang selalu ku nikmati bersama secangkir kopi dan sebuah lagu tentang kamu.
Dan seperti halnya senja, kamu adalah keindahan yang tak bisa aku jamah.
Aku hanya bisa menikmatimu dari jauh.
Keindahan yang sementara namun terus berulang.
Pernah aku berfikir, jika kamu adalah senja berarti bukan cuma aku yang mengagumimu, bukan cuma aku yang takjub akan ke elokanmu.
Aku hanya sebagian dari mereka yang ketika sore selalu menghadap ke barat menanti sinar jingga yang kau pancarkan yang aku anggap sebagai senyuman.
Biarlah, biar mereka membuat pesawat yang mampu mengantarkannya lebih dekat denganmu, biar mereka menjadi pelangi yang melengkapi keindahanmu atau burung-burung yang terbang disekitarmu agar kamu tak merasa sepi.
Dan saat mereka sampai di dekatmu, aku akan tersenyum dan menyanyikan lagu tentang kamu, meski senyumku terhalang pelangi, meski suaraku tak seindah kicauan burung-burung itu.
Senja terlalu buru-buru berlalu, padahal aku baru hendak mewarnai langit untukmu dengan warna-warna rinduku yang selalu biru.
Selamat petang semoga Rindu ini tetap milik mu, pada tahapan akhir bahwa kau memang yang aku sebut-sebut dalam doaku. Ia, semoga kamu tau bahwa kerinduan itu tidak di jamari sore yang lalu, kemudian hilang di telan petang. Sebatas rindu pertemuan adalah menyisakan waktu.
( I'mz )