Mohon tunggu...
Zohratul Asvi
Zohratul Asvi Mohon Tunggu... Auditor - Mahasiswa

Mahasiswa UIN mataram Berkontribusi dalam pembangunan pendidikan yang berkelanjutan dan efektif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berkah Biji Jagung

21 Oktober 2022   07:12 Diperbarui: 21 Oktober 2022   07:15 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" InsyaAllah besok Bapak coba Bun" Dengan raut wajah sedikit tenang.                                      

Beberapa hari kemudian, sang suami mulai bekerja seharian di sawah dengan rasa lelah dan dahaga. Ia memanfaatkan sedikit lahan yang ada di belakang rumah dengan menanaminya sayur-sayuran. Sang istri memanfaatkan tanaman tersebut untuk di masak dan sebagai penghasilan tambahan. Hari-harinya di manfaatkan untuk mengurus sebidang tanah. Dengan pekerjaan seperti itulah mereka dapat menyambung hidup.

Musim penghujan telah tiba disertai angin yang kencang. Pagi yang cerah hilang dimakan gelap. Semburat petir berbentuk akar serabut kembali terdengar. Rintikan hujan semakin besar jatuh ke permukaan tanah. Angin yang seakan ingin menghantam seluruh jagat raya, tidak bisa dielakkan untuk berhenti. Rasa dingin dan ketakutan sungguh keterlaluan, datang tanpa sengaja membuat makhluk tidak bisa bertahan.

 Pada tahun ini seluruh para petani mengalami kegagalan panen. Kegagalan yang membuat untuk mengorbankan  kerja keras dan biaya. Para saudagar semakin kesulitan khususnya untuk mencari kebutuhan pokok. Harga semua barang semain naik. Begitu juga dengan sepasang suami istri yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah dan ibu. Nasibnya sama seperti para petani yang mengalami gagal panen. Tanaman yang ada di belakang rumah tampaknya rusak diterjang hujan dan angin. 

Sepasang suami istri itu tampak cemas dengan keadaan yang menimpanya. Kebutuhan sehari-hari nampaknya tidak bisa terpenuhi. Harga kebutuhan pokok makin hari semakin naik. Sang suami sudah kehilangan mata pencaharian. Disusul dengan kondisi sang istri yang sebentar lagi akan melahirkan, membuatnya semakin membisu. Didepan kursi yang reot  terlihat segelintir sebutir biji jagung yang kehilangan tongkolnya, diambil biji jagung tersebut oleh sang suami. Dia melihat biji itu secara seksama dan tidak berhenti-henti untuk mengamatinya.  "Aneh tidak seperti biasanya suamiku seperti orang gila" Lirihnya sang istri mengintipnya dari belakang pintu. Dalam keadaan yang masih gila itu  ia menemukan solusi untuk memperbaiki ekonominya yang tipis.

Setelah satu minggu kemudian cuaca kembali membaik, para petani memulai kerjanya dengan bermain cangkul yang dipundak. Sang suami melanjutkan kerjanya dengan mulai menanam biji jagung.  "Walaupun hanya sebiji tidak masalah bagiku" Ungkap sang suami dengan perasaan yang senang. Sang istri semakin dibuatnya tertawa.

"Pak, mana mungkin kita bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari kita dengan menanam satu biji jagung, bapak aneh-aneh aja fikirannya. Lebih baik bapak menanam sayuran, kan bisa kita pakek untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari" Pinta sang istri kepada sang suami.

"Sudahlah bun, kita sabar saja. Lagi pula bapak tidak punya uang untuk membeli bibit-bibit sayuran. Kita lihat saja dulu hasilnya bun, kalau biji jagung ini tidak dapat mendatangkan rezeki bagi kita, bapak akan mencari cara lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kita. Lagi pula bunda kan tinggal dua bulan lagi untuk melahirkan, bapak pikir biji jagung ini bisa untuk biaya persalinan bunda. Disamping itu juga bapak akan mencari pekerjaan sampingan untuk biaya persalinan dan kebutuhan sehari-hari"

" Iya sudahlah pak, bunda ngikut saja apa kata bapak"

" Terimakasih ya bun" Sambil merangkul sang istri dengan perasaan yang senang.  

Dua bulan kemudian, sang istri melahirkan anak laki-laki. Rasa senang dan haru timbul diantara mereka berdua. Tetapi biaya persalinan belum ada. Terpaksalah sang suami mencari pinjaman ke tetangga. Sang suami langsung mendapat omelan dari sang istri setelah bersalin. Dia hanya terdiam dan tertunduk. Tapi sang suami percaya, bahwa setiap yang ditanam pasti akan mendatangkan manfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun