Mohon tunggu...
Zoel Z'anwar
Zoel Z'anwar Mohon Tunggu... profesional -

dulce et utile

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Serapuh Kayu Lapuk

27 Agustus 2013   14:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:45 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1377586637991488902

*

waktu telah menjadi getah-getah kayu. mengalir dari luka memulut burung perindu yang menangisi ikatan dalam sangkar lidi ketika matahari meletak sauh pada kegelapan hari. . jalan pulang kian hilang di balik dahan. . aku sudah menjadi pemuja kayukayu. sejak kau pahatkan barisan sajak di setiap sentuhan angin pada daun. membaluti luka patahan rantingranting kering. . menyala gila ketika kau menjadi angin. . maka alurkan cerita lain pada perjalanan ini karena gandi telah kuikatkan tali akar. dan kau akan melesat sebagai ipuh api menjejaki pucuk demi pucuk di hutan yang tanpa nyanyi ini. . sampai semua kembali pada wajah abu. . bukanlah jawaban syair doa yang memenuhi baitbait jika engkau berayahkan sengat bisa. semut rangrang berkejaran di mulutnya. matahari sejengkal jarak dari kepalan tangannya yang pernah mematah batang anakan. . menjadi kayu hangus di perapian kala hujan. . bukan salah pertemuan sejarah kita di titian panjang ketika dia mengasah pualam lalu menyayat ranting dan batang yang luyu. waktu sudah menjadi getahgetah putih yang lamat menjadi abuabu. maka biarlah aku teruskan elegi menjadi serapuh kayu lapuk tanpamu. . _______________________________ (sumber gambar: zicky.blogdetik.com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun