Mohon tunggu...
Zein Muchamad Masykur
Zein Muchamad Masykur Mohon Tunggu... Dosen Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora - UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

Yang penting nulis, bukan nulis yang penting

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bangun Relasi? Berkarya dan Berkoneksi dengan Tulus di Era Modern

21 Februari 2025   18:37 Diperbarui: 21 Februari 2025   18:37 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi relasi/sumber: pexel.com

"Network dulu bos, biar cepet naik jabatan." Familiar dengan kalimat ini? Ah, networking sering banget dianggap sebagai kegiatan yang manipulatif dan bikin eneg. Cuma berjabat tangan, tukar kartu nama, terus pura-pura perhatian sama orang lain. Nggak heran kalau menurut riset Harvard Business Review, 79% profesional ngerasa networking itu nggak tulus dan cuma transaksi doang.

Tapi tunggu dulu. Networking sebenarnya nggak sesuram itu kok. Dr. Tiziana Casciaro dari University of Toronto bilang, kita ngerasa nggak nyaman networking karena otak kita emang menolak interaksi yang berasa "memanfaatkan". Itu wajar dan manusiawi banget. Masalahnya bukan di networkingnya, tapi cara kita memandang dan melakukannya.

Coba deh ubah cara pikir. Daripada mikir "gue bisa dapet apa nih dari orang ini?", mending tanya ke diri sendiri "nilai apa yang bisa gue kasih ke orang lain?" Ini yang disebut Professor Adam Grant dari Wharton School sebagai mindset "giver". Dan tebak? Orang-orang dengan mindset ini justru yang paling sukses dalam jangka panjang.

Terus gimana caranya networking yang asik dan nggak berasa fake? Pertama, mulai dari kesamaan yang real. Riset membuktikan kita naturally bakal nyambung sama orang yang punya kesamaan. Bisa dari hobi yang sama, passion di industri tertentu, atau bahkan struggle yang mirip di kerjaan. Waktu ketemu orang baru, fokus buat dengerin cerita mereka. Penelitian MIT bilang 87% pembelajaran dalam networking tuh terjadi pas kita dengerin, bukan pas kita ngomong. Jadi, less talking, more listening!

Hal kedua yang penting: kasih dulu sebelum minta. Jadilah "connector" yang bisa diandalkan. Sharing artikel menarik, kenalin orang-orang yang bisa saling bantu, atau nawarin bantuan konkret buat proyek mereka. Di LinkedIn, 80% kesuksesan profesional datang dari "weak ties" - orang-orang yang nggak terlalu deket sama kita. Tapi bukan berarti kamu harus connect sama semua orang ya. Quality over quantity!

Dr. Brian Uzzi dari Northwestern University nemuin kalau jaringan yang paling efektif itu yang dibangun secara natural dan berkelanjutan. Kayak tanaman, perlu dirawat terus. Bikin sistem follow-up yang konsisten, catat detail personal dari setiap koneksi (biar nggak lupa!), dan jadwalin regular check-in sama koneksi penting.

Skip soal ngitung jumlah kartu nama atau LinkedIn connection. Fokus aja sama hal yang lebih bermakna: berapa banyak orang yang udah kamu bantu bulan ini? Apa aja yang udah kamu pelajari dari network kamu? Networking yang asik tuh bukan soal kuantitas, tapi kualitas hubungan. Seperti kata Mark Granovetter, "Kekuatan network nggak terletak di jumlah orangnya, tapi di dalamnya interaksi."

Inget, membangun network yang meaningful itu maraton, bukan sprint. Fokus buat kasih nilai, bangun trust, dan tetep jadi diri sendiri. Hasilnya mungkin nggak instan, tapi bakal jauh lebih sustainable. Mulai aja pelan-pelan, yang penting tulus dan konsisten. Percaya deh, networking bisa jadi kegiatan yang menyenangkan kalau kita lakuinnya dengan cara yang tepat.

Gimana? Udah siap networking yang lebih meaningful? Yang penting inget: be genuine, be helpful, be yourself!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun