Mohon tunggu...
Ziendy Zizaziany
Ziendy Zizaziany Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Ziendy Aksara Pandita, dengan nama itu aku merajut kata menjadi lembaran sederhana. Karya: Novel Pendaki Malam, Lembaran Yang Berbicara, Bunda Aku Cinta Anakmu, Antara Kita dengan; Tuhan, Terkunci Serial Cinta Yang Mendewasakan, Anjelica, Lalakon Isvara: Anak Manusia, BROKEN At Home, Terroris Son, Buku Ini Berisi Candu, dan Seharusnya Lo Hidup Begini

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Seikat Bunga dalam Gelap-Merebut Kembali Petik Emas (Part 3)

3 Juli 2020   13:15 Diperbarui: 3 Juli 2020   13:06 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alphard yang tadi semakin melaju dengan kecepatan hampir menyentuh batas speedometer, Felix terlewati dengan mudah, selepasnya ia terpaksa mengerem karena Alphard itu mencoba mencuri posisinya saat ini. Sialan! ucapnya disaat menginjak pedal rem.

Sebuah tangan dengan SMG tiba-tiba keluar jendela dan menembaki ban mobil Gold Fangs. "Wowowo! Gila!" kata Felix serasa tidak percaya dengan yang dilihatnya. Ya, sedikit lagi Gold Fangs bisa memutar balik di depan sana, tepatnya di dekat sebuah tiang yang menjadi penghubung crane, tetapi seseorang dengan jas hitam membredel ban mereka.

Di dalam mobilnya, Reno terguncang, mobilnya hampir memutar tetapi Fedro masih dapat menguasainya. "Apaan ini!" ketusnya dengan nada yang begitu sebal. "Siapa sih?" sambungnya lagi, lalu ia menengok ke belakang.

"Tera." kata Fedro sebelum Reno menyadari ada Alphard di belakang. "Informasi bocor, Man."

"Anjing!" Reno memukul dashboard, kepalan tangannya sudah begitu keras, tentu saja Tera akan mencampuri urusan mereka, ini rumit, rumit sekali.

Di belakang, mobil Vito dengan bulat mengejar, membelah angin dermaga yang bergesekan dengan body mobil, sewiran angin yang tercacah terdengar seperti lentingan. Dan kini, kedua kelompok mafia sudah beriringan. Vito menurunkan transmisi lalu mencap gas selayaknya pembalap, mobilnya semakin melaju melewati Vito dan Alphard yang tadi, lalu memblok jalan selanjutnya. Fedro mengerem hingga hampir terseret, dan naasnya revolver Vito sudah dihadapkan ke arah mereka, sehingga Fedro dan Reno menunduk lantaran dihujani peluru kaliber 4.5 mm.


Felix dan anak buahnya segera keluar dari mobilnya, ia mengancam seseorang di dalam Alphard dengan revolver itu. "Keluar!" perintahnya mengancam. "Enggak keluar gue tembak, lo!"

Seorang membuka pintu, Tera, itu Tera. Felix mundur beberapa langkah tetapi revolvernya masih dalam siaga. Tera mengangkat tangan dengan tenang dan meyakinkan ia tidak bersenjata. Dengan tenang pula ia melangkah ke arah Vito yang masih mencoba menembaki mobil Vios hitam yang sudah pecah kacanya.

Sementara Rexa dan anak buahnya melakukan formasi pengawasan, sering terjadi bantuan datang tiba-tiba dan mereka pernah kehilangan beberapa anggota karenanya.

"Bro!" sapa Tera. Vito menengok ke arah lelaki yang mempercepat langkahnya. Lelaki yang berumur 50 tahun, dengan kepala pelontos dan pakaian yang glamor.

Vito sadar itu Tera, ia keluar dari mobil, memberi napas kepada Reno dan Fedro. Begitu juga anak buahnya. Konyolnya, mereka tidak membawa senjata, dan Reno hanya membawa dua butir peluru. Vito menunggu Tera di depan mobilnya dengan revolver masih dalam genggaman, ia juga menarik sebatang cerutu, mengupasnya lalu membenamkan di bibir yang berselat itu. "Apa kabar, Bro?" sapanya balik.

"Aaaah, gue baik. Sorry lah, Bro. Anak gue---" sahut Tera dengan suaranya yang melenguh serak berwibawa.

"Enggak apa-apa, uji nyali mereka."

"Lo kawan gue paling baik, Bro!" Tera menepuk bahu Vito, ya, mereka memang tidak ada masalah. Justru Vito adalah ketua mafia yang melindungi Gold Fangs jika ada rencana penyelundupan dengan sistem aliansi dan bagi hasil. "Sini, lo!" serunya memanggil Reno.

Reno keluar dengan benang sari wajahnya yang memerah pudar, sekeliling rahangnya mengencang dengan deritan gusi yang mengadu tajam. Felix mengawasi dan mengarahkan revolver di tangannya ke arah Reno. Kemudian Vito memberi isyarat agar Felix menurunkan senjata itu, ia menurut kali ini.

"Lo ngapain di sini?" tanya Tera setelah anaknya mendekat. "Lo enggak tahu ini tempat siapa, Hah?"

"Sorry, gue cuman mau lo ekspansi, lo punya bisnis enggak ada artinya."

"Lo hidup dari gue, ikuti cara main gue."

Reno mendengus. "Lo mau jadi mafia banci? Hahahaha. Tera ... lo mesti tahu, Man. Bisnis anjing-anjing ini menguntungan! Berlipat." 

Fuiiih!!

"Lo sebut gue anjing, gue pecah bagi tujuh kepala lo itu!" sergah Felix ia paling tidak terima di sini.

"Sabar Brother, gue yang urus. Tangan lo bersih, oke?" tukas Tera, ia memang bijaksana dalam bertindak, sekali pun mafia, aturan main tetap ada. "Dan lo, sekali lagi buat kacau, gue kasih hantam nyawa lo!"

"Tera, gue cuma mau lo urus budak lo ini. Gue enggak pandang lo siapa kalau dia buat ulah di tempat gue."

"It's oke, Bro. Gue bakalan urus dia, lo tenang. Gue bagi hantam kalau dia berulah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun