Mohon tunggu...
Asa Lukis
Asa Lukis Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gelap Kabut

19 Mei 2024   16:53 Diperbarui: 19 Mei 2024   16:59 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kala di mana gelap dan kabut menari-nari
'Tuk menutup bumi, menghalangi keindahan
Lentera-lentera tersesat, berjalan sendiri
Dan jalan keluar tak kunjung tertemukan

Apabila mereka bertemu, bisakah mereka bersatu?
Mencari jalan keluar bersama, melengkapi jiwa yang kurang
Apabila lentera individual tersebut berjalan beriringan,
Apakah kabut dapat menghilang dan gelap bersinar?

Jawaban yang menggiurkan, yang harus diraih dengan peluh
Darah yang tiap harinya bercucuran tak kunjung berhenti
Pengorbanan diperlukan tuk turun setiap detik dan menitnya
Tangisan dari bayi yang ditinggalkan ayahnya bergema di kepala

Mereka optimis bahwa pengorbanan tidak akan sia-sia
Suatu saat, kabut akan luntur perlahan-lahan
Dan ujung dari tanah gelap tanpa batas akan tercium
Kini lentera-lentera mereka t'lah mencapai tujuan

Namun apa biayanya?


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun