Ketenangan Jiwa dan Makna Ibadah
Salah satu poin menarik dari diskusi ini adalah tentang ketenangan jiwa. Banyak orang mengejar kekayaan karena percaya bahwa uang akan membuat mereka bahagia. Tapi kenyataannya, setelah memiliki segalanya pun, banyak yang tetap merasa kosong.
Ustadz Felix Siauw menegaskan bahwa ketenangan tidak datang dari uang, tapi dari ibadah. Ibadah di sini bukan hanya salat atau puasa, tapi semua bentuk aktivitas yang diniatkan karena Allah. Bahkan mencari nafkah pun bisa menjadi ibadah jika dilakukan dengan cara yang halal dan niat yang benar.
Ia mengutip sabda Nabi Muhammad SAW bahwa "Amal itu tergantung pada niatnya." Artinya, dua orang bisa melakukan hal yang sama (misalnya bekerja), tapi mendapat nilai yang berbeda di sisi Allah tergantung dari niat mereka. Inilah mengapa penting bagi kita untuk selalu introspeksi dan memperbaiki niat dalam setiap tindakan.
Ancaman Kapitalisme dan Hedonisme
Podcast ini juga menyentil kondisi masyarakat hari ini yang begitu terdikte oleh kapitalisme. Sistem ekonomi global menekankan produktivitas, kompetisi, dan konsumsi sebagai nilai utama. Akibatnya, manusia menjadi mesin ekonomi yang kehilangan jiwa.
Hedonisme pun menjadi gaya hidup dominan, terutama di kalangan anak muda. Media sosial memperparah hal ini dengan menciptakan standar kebahagiaan yang semu: tampil keren, punya barang branded, liburan ke luar negeri, dan lain-lain. Semua itu mendorong orang untuk mengejar uang demi pengakuan sosial, bukan demi kebutuhan yang sebenarnya.
Ustadz Felix dan Veren sepakat bahwa mentalitas seperti ini berbahaya. Ia membuat orang mudah stres, iri, bahkan depresi, karena hidup mereka hanya berputar pada pencapaian materi. Oleh karena itu, perlu ada pergeseran paradigma dari "apa yang saya miliki" ke "untuk apa saya hidup".
Menjadi Hamba Allah di Zaman Modern
Menjadi hamba Allah bukan berarti harus miskin atau meninggalkan dunia. Justru sebaliknya, Islam tidak pernah melarang kekayaan. Yang dilarang adalah ketika kekayaan itu membuat kita lalai dan sombong.
Menjadi hamba Allah di zaman sekarang artinya adalah menjalani hidup dengan penuh kesadaran bahwa semua yang kita miliki adalah titipan. Harta, jabatan, popularitas, semuanya adalah ujian. Apakah kita akan menggunakannya untuk kebaikan, atau justru terjebak dalam kesombongan dan kemaksiatan?