Mohon tunggu...
zainal arifin
zainal arifin Mohon Tunggu... Guru -

Ketika berbagi hidup terasa lebih nikmat dan dalam taat hidup menjadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tolong Ubah Nilai Anakku

24 Oktober 2018   10:15 Diperbarui: 24 Oktober 2018   11:56 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Pak, memang tahun ini pemerintah gencar sekali mensosialisasikan tentang RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) dengan maksud meningkatkan kualitas pendidikan dan mengejarkan ketertinggalan dengan negara-negara lain. Namun saya sendiri kurang setuju dengan program pemerintah tersebut, karena dengan program ini, pemerintah seakan-akan  membuat kasta-kasta diantara sekolah.

Dana milyaran digelontorkan ke RSBI/SBI untuk membangun infrastruktur dan meningkatkan kompetensi guru. Sedangkan sekolah lain kurang mendapat perhatian bahkan seolah-olah termarginalkan, kalaupun dapat suntikan dana jumlahnya tak sebesar sekolah-sekolah RSBI/SBI.

 Akibatnya masyarakat berbondong-bondong ingin menyekolahkan putra-putrinya ke sana.  Padahal banyak sekolah yang dekat dengan rumahnya. Bahkan mereka rela membayar tambahan untuk menutupi kekurangan biaya operasional sekolah.  

Kalau Bapak ingin putranya seperti siswa RSBI/SBI yang memiliki kemampuan berbahasa inggris dan komputer.   Cukup ikut sertakan putra Bapak dalam kursus bahasa inggris dan komputer.  Insya Allah kemampuannya tidak akan jauh dengan mereka.

Saran saya, lebih baik Bapak sekolahkan Wendy di sekolah yang sesuai dengan kemampuan yang ia miliki. Jika Bapak bersikukuh ingin memasukkan putra Bapak ke sana. Apakah Bapak tidak kasihan kepadanya? Ia akan tertatih-tatih mengikuti proses pembelajaran yang diluar kemampuannya.

Lagi pula dengan mengubah nilai rapor, Bapak telah bertindak curang dan memberikan contoh buruk kepada putra Bapak. Hal ini akan membekas baginya sampai kelak dewasa. Jika ia menemukan permasalahan, bukan hal yang tidak mungkin akan melakukan tindakan yang sama seperti yang dilakukan ayahnya sekarang." ujar Pak Bahana menjelaskan dengan tutur kata dengan lemah lembut dan penuh kehati-hatian.

"OK, Pak. Terima kasih atas masukannya. Saya akan diskusikan hal ini dengan istri saya di rumah. Selamat siang,"

Dengan tergesa-gesa Pak Ramon meninggalkan ruang tamu. Ia merasa sia-sia saja berlama-lama di kantor. Karena tak mungkin mengubah pendirian Pak Bahana.  Lebih baik segera pulang dan mendiskusikan hal ini dengan istrinya.

Selama perjalanan pulang, segala macam pikiran berkecamuk dalam kepalanya. Terngiang-ngiang juga perkataan Kepala Sekolah SD Berdikari itu. Bertidak curang ....contoh buruk ..... apa yang akan terjadi dengan anaknya kelak. Sesampainya di rumah, istrinya langsung menyambut dia dengan berbagai pertanyaan.

"Jadi bagaimana hasilnya, Pa?" tanya Isterinya

"Gagal total, Ma,"jawab Pak Ramon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun