Duh, di tengah ramainya kota dan sibuknya scroll HP, rasanya kok ada yang kurang ya? Kayak hilang arah gitu! Nah, kekosongan itu, lho, yang muncul di antara kecanggihan teknologi dan hidup yang serba cepat, mungkin banget jawabannya ada di tempat yang paling simple: ladang!
Ladang itu bukan cuma tempat buat nanam padi atau sayur. Ia adalah simbol semangat, kerja keras, dan warisan budaya kita. Esai ini akan ajak kita ngobrol santai kenapa "panggilan tanah" ini penting banget. Ladang itu ternyata sekolah kehidupan, penempa jati diri, dan obat penenang jiwa. Yuk, kita lihat kenapa tanah masih punya peran super penting buat bikin hidup kita bermakna!
Ladang: Bukan Cuma Soal Duit
Oke, kita lihat angka-angka resminya dari BPS (Badan Pusat Statistik). Sektor ini tuh penting banget, menyerap sekitar 27% tenaga kerja nasional dan menyumbang 13% PDB kita! Gede kan? Buat negara, ini tulang punggung ekonomi.
Tapi buat para petani kecil di desa-desa Jawa, ladang itu ibarat "ATM" keluarga sekaligus jaminan makan hari ini. Mereka pakai cara-cara yang bijak banget, lho, biar alam tetap terjaga, seperti metode pertanian berkelanjutan.Â
Coba lihat di Bantul, Yogyakarta, program pertanian organik mereka keren! Petani nggak cuma dapat tanah yang sehat, tapi penghasilan juga naik sampai 30%. Itu kan kemenangan kecil yang membawa senyum dan harapan besar! Ladang itu ngajarin kita: kalau sabar dan penuh cinta, panen pasti datang!
Jati Diri dan Ritual yang Keren
Hubungan kita sama ladang itu nggak cuma urusan perut, tapi udah nyambung banget sama darah dan identitas budaya kita! Tradisi di ladang adalah warisan yang tak ternilai harganya.
Contoh paling keren? Sistem Subak di Bali! Subak bukan sekadar cara ngatur air yang pintar, tapi juga filosofi hidup. Ngajarin kita buat gotong royong (itu nilai sosial yang kuat!) dan anggap air itu anugerah suci (Tri Hita Karana). Pas musim panen raya? Wah, itu kayak pesta besar! Panen itu dirayakan dengan upacara adat sebagai ungkapan syukur. Ini menunjukkan kalau ladang itu sudah jadi bagian utuh dari kehidupan sosial dan spiritual kita. Asyik, kan?
Bertani, Belajar Menjaga Bumi
Tinggal atau bekerja di ladang itu artinya kita dapat kursus alam gratis! Kita belajar: kalau mau mengambil, harus imbangin dengan memberi.
Di tengah tantangan perubahan iklim, ladang ini penting banget, lho. Laporan IPCC bilang pertanian menyumbang sekitar 10--12% emisi gas rumah kaca global. Jadi, petani kita itu pahlawan di garis depan! Solusinya? Praktik keren kayak agroforestry (nanam pohon dan tanaman pangan barengan). Di Kalimantan, petani yang coba cara ini panennya naik sampai 50%! Ini bukti, kalau kita kolaborasi sama alam---bukan melawannya---alam akan membalas dengan kemurahan hati, sekaligus menjaga hutan dan keanekaragaman hayati kita.
Ladang: Healing Terbaik dari Alam
Nah, ini nih yang paling enak: kesehatan mental! Siapa coba yang nggak adem dan tenang liat hamparan hijau? Itu bukan kebetulan! Berinteraksi sama alam, berkebun, dan merawat tanaman terbukti ampuh banget buat mengurangi stres. Riset dari University of Essex bahkan bilang, berkebun bisa nurunin tingkat depresi sampai 30%! Wow!
Ladang itu adalah tempat pelarian kita dari kecepatan hidup yang mencekik. Ritmenya beda: ada matahari, ada musim, dan ada pertumbuhan yang pelan tapi pasti. Di sini, terapi hortikultura sudah mulai dipakai buat bantu atasi masalah mental. Jadi, ladang itu nggak cuma tempat kerja, tapi juga klinik jiwa. Kembali ke tanah itu cara kita buat menenangkan diri dan menemukan kembali makna hidup yang otentik.
Penutup
Intinya, "panggilan tanah" itu ya panggilan buat balik ke diri kita sendiri! Ladang itu kayak kaca, yang ngingetin kita buat kerja keras, hargain tradisi, dan jaga bumi. Itu adalah sumber rezeki, penjaga budaya, sekaligus terapi batin yang mujarab.
Di era modern ini, kita semua dipanggil---bukan cuma petani, ya! Yuk, kita jawab panggilan itu dengan lebih menghargai koneksi kita sama alam. Ternyata, makna hidup itu nggak ribet-ribet amat, kok. Sesederhana biji yang tumbuh, dari tanah yang kita rawat dengan sepenuh hati. Tanah telah memanggil. Mari kita jawab panggilan itu!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI