Mohon tunggu...
Zefanya Stephanie Bramantya
Zefanya Stephanie Bramantya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Coffee Addict

Seorang mahasiswa yang tertarik mengulik topik tertentu dengan media tulisan. Sudah sejak lama menjadikan kebiasaan menulis sebagai hobi, berharap dapat memberikan insight dan inspirasi baru melalui artikel-artikel yang dirangkai.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sering Salah Kaprah! Berikut Makna Anarkisme Sebenarnya

18 November 2022   16:37 Diperbarui: 18 November 2022   16:39 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagian dari kita pasti tidak asing dengan kata "anarkisme". Kata yang sering merujuk pada aksi destruktif oleh massa di jalanan ini sering kali memiliki konotasi negatif di pikiran masyarakat. Padahal, sebenarnya anarkisme memiliki arti yang jauh lebih luas daripada sekadar kekerasan yang dilakukan oleh segelintir orang.

Pengertian Anarkisme

Anarkisme terbentuk dari kata dasar "anarki" yang berakar dari kata bahasa Yunani, anarchos/anarchein. Kata tersebut terdiri dari kata imbuhan a- (tidak/tanpa/nihil) dan kata archois/archein (pemerintah/kekuasaan). Maka dari itu, secara etimologis, anarkisme dapat berarti tanpa pemerintah atau tanpa kekuasaan.

Anarkisme merupakan sistem sosialis yang menolak eksistensi pemerintahan dengan aturan-aturannya yang mengikat sehingga dapat menciptakan masyarakat tanpa hirarki yang bebas. Menurut William Godwin, seorang jurnalis sekaligus filsuf politik asal Britania Raya, penyebab adanya konflik sosial di masyarakat bukanlah dalam bentuk negara, melainkan karena adanya negara tersebut.

Perbedaan Anarkisme dan Marxisme 

Anarkisme dan marxisme memiliki beberapa metodologi yang mirip. Keduanya memiliki tujuan yang sama (menghapuskan hirarki masyarakat), musuh politik yang sama (kaum konservatif dan politisi sayap kanan), serta melawan target-target yang serupa (kapitalisme dan sistem pemerintahan). Tapi bagaimanapun juga, ada beberapa hal yang membedakan kedua ideologi tersebut, seperti persepsi mereka tentang negara, kekerasan otoriter, dan organisasi-organisasi struktural. Beberapa hal yang dapat digunakan sebagai pembeda antara marxisme dan anarkisme, antara lain :

  • Bila marxisme ingin tetap mempertahankan eksistensi negara dalam mempsersiapkan revolusi bagi kaum proletar, maka anarkisme akan menganggap negara sebagai pemegang kekuasaan otoriter yang dengan alasan apapun harus dihapuskan.
  • Para penganut marxisme melihat partai politik sebagai kesempatan bagi mereka dalam merebut kekuasaan negara, sedangkan para anarkis akan menolak berpartisipasi dalam organisasi struktural tersebut karena bagi mereka partai politik merupakan mengandung  hirarkis yang memiliki kecenderungan otoritarian.
  • Para anarkis beranggapan bahwa negara adalah sesuatu yang tidak dapat diterima karena penggunaan kekerasan yang sistematis terhadap rakyat biasa. Berbeda dengan para anarkis, para marxis cenderung pro dengan kekerasan yang dilakukan pemerintah. Mereka berpendapat bahwa kekerasan massal dalam melawan sebuah kudeta ataupun invasi adalah bentuk pertahanan diri secara kolektif.

Anarkisme dan Kekerasan 

Meskipun tindakan anarkisme selalu dikaitkan dengan penggunaan kekerasan, beberapa anarkis menolak kekerasan destruktif sebagai satu-satunya jalan yang harus ditempuh.

Alexander Barkman melalui bukunya, What is Communist Anarchis menjelaskan, Anarkisme berarti semua manusia bebas melakukan apa yang diinginkan, memiliki kesempatan yang sama dalam memilih jenis kehidupan, termasuk kehidupan yang memiliki kedamaian serta harmoni di dalamnya. Ini berarti kekerasan tidak diperbolehkan dalam anarkisme demi menciptakan kesempatan yang sama bagi semua masyarakat dalam menikmati perdamaian yang merata.

Jenis-Jenis Anarkisme  

  • Anarkisme-kolektif

Anarkisme-kolektif merupakan satu dari banyak varian anarkisme yang menekankan pada penolakan kepemilikan pribadi sektor produksi. Menurut anarkisme-kolektif, para pekerja seharusnya menerima upah berdasarkan rentan waktu kontribusi yang mereka berikan pada sistem produksi dan bukannya pada kebutuhan mereka.

  • Anarkisme-Komunis

Berbeda dengan anarkisme-kolektif, anarkisme-komunis beranggapan bahwa masyarakat pekerja bebas berkontribusi dalam proses produksi dan menerima upah mereka berdasarkan apa yang mereka inginkan sesuai kebutuhan. Para penganut anarkisme-komunis menekankan pemikiran mereka pada konsep egalitarianisme dan penghapusan hirarki sosial.

  • Anarko-Sindikalisme

Anarko-sindikalisme berasal dari bahasa Perancis, syndicalisme,  yang memiliki arti serikat pekerja. Para penganut anarko-sindikalisme berpendapat bahwa serikat buruh memiliki kuasa untuk merubah tatanan sosial secara revolusioner, yaitu dengan menggantikan sistem kapitalisme dan eksistensi negara dengan masyarakat demokratis yang dikendalikan oleh kaum pekerja. Sama seperti varian anarkisme lainnya, anarko-sindikalisme menolak sistem upah dan hak milik pribadi. Yang membedakan anarko-sindikalisme dengan anarkisme secara umum adalah penekanan mereka yang memfokuskan pada solidaritas pekerja, aksi langsung, dan manajemen mandiri buruh.

  • Anarkisme-Individualisme

Anarkisme-individualisme atau yang dapat disebut sebagai anarkisme-liberal lebih menekankan pada persamaan kebebasan individual. Varian ini terinspirasi dari pemikiran liberalisme klasik dari Amerika Serikat. Menurut para penganut anarkisme-individualisme, keinginan individu tidak boleh dibatasi oleh aturan-aturan institusi atau otoritas publik. Anarkisme-individualisme sering disebut sebagai anarkisme egois karena Max Stirner melalui bukunya, The Ego and Its Own, menceritakan peran indvidu dan ketergantungannya akan kekuasaan yang lebih tinggi dalam anarkisme.

  • Anarkisme-Insureksioner

Jenis anarkisme ini merupakan berfokus pada pemberontakan revolusioner terhadap negara dan menentang segala organisasi anarkis yang bersifat formal. Anarkisme-insureksioner memiliki tujuan untuk memukul mundur eksistensi negara dan suburnya kapitalisme. Para penganut anarkisme-insureksioner mengakui bahwa kapitalisme tidak akan terus berkembang sampai titik kehancurannya sendiri. Oleh karena itu, mereka memilih strategi untuk menyerang terlebih dahulu daripada harus menunggu sistem kapitalisme lenyap dengan sendirinya.

Referensi 

Supraja, M. (2015). Sejarah Ideologi Dunia. Yogyakarta: Lentera Kreasindo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun