Diary ....
Sebuah kabar duka menyapa keluarga kami di tahun 2005. Hilangnya kontak komunikasi dengan kakak sepupu saya yang menikah dengan warga Pakistan seketika membuat uwak harus menderita stroke.
Anak keduanya yang harus rela dia lepas mengikuti kewajiban sebagai istri yang taat, harus terpisah dari sanak keluarga sejak tahun 1991. Pernikahan mereka diadakan di kantor duta besar Pakistan. Kala itu saya masih balita berumur 4 tahun.
Kakak sepupu saya yang bernama Maspupah harus pindah kewarganegaraan mengikuti suaminya. Walaupun kala itu mereka terus bekerja di negara Saudi Arabia. Namun, jarak yang memisahkan kami sangatlah jauh.
Hanya lewat telpon atau surat saja kami bisa melihat dan mendengar keadaannya nun jauh di negeri orang. Tahun 2005 mereka sudah berada di Pakistan. Anaknya sudah ada 8 Perempuan 4 dan laki-laki 4.
Jika melihat di fotonya, semua lucu-lucu. Canti khas Pakistan dan ganteng khas ras Arya. kakak memang setelah lulus SMA memilih bekerja di sebuah restoran di Arab Saudi, hingga akhirnya menemukan jodoh pria asal Pakistan.
Sebuah kabar menyebutkan jika tempat tinggal kakak di Rawalpindi terkena bencana banjir dan longsor. Banyak korban yang jatuh. Saat itu kami mencoba menghubungi nomor telepon yang biasa dipakai kakak. Ternyata tidak aktif. Berbagai usaha yang dilakukan untuk mencari keberadaan kakak nihil. Harapan kami pun sirna berganti sebuah duka.
Kami sekeluarga mengikhlaskan beliau. Dari berita dan informasi kami menyimpulkan beliau sekeluarga meninggal. Penyakit uwak semakin parah. Dari darah tinggi hingga stroke dengan sebelah organ tubuhnya lumpuh.
Tahun 2010 saya mencoba mencari tahu melalui media sosial Facebook. Saya mencoba berteman dengan orang Pakistan. Saya mencoba mencari informasi berdasarkan alamat terakhir yang ada di surat.
Dari informasi yang saya terima ternyata. Lokasi itu tidak mengalami bencana alam. Saya mulai curiga, tapi saya tidak menyampaikan hal ini kepada keluarga uwak. Saya terus menggali informasi. Kebetulan teman dunia maya saya itu baik dan sopan.
Dia mencoba mencari tahu alamat itu. Ternyata ketika dikunjungi pemilik rumah sudah berganti. Namun ketika ditanya kemana pemilik sebelumnya tidak ada jawaban pasti.
Tanpa berpikir panjang saya langsung menghubungi akun tersebut yang ternyata adalah akun menantunya. Dan sebuah keajaiban kini datang. Kakak saya beserta keluarganya ternyata masih hidup. Sehat dan bahkan sudah memiliki 5 cucu.
Akhirnya kami berkomunikasi via WhatsApp. Dan malamnya langsung melakukan video call. Nomornya langsung saya berikan kepada kakak sepupu tempat uwak saya tinggal.
Sebuah keajaiban yang mengubah kebahagiaan uwak, dan tentu kami sekeluarga. Setelah melakukan video call itu ternyata kehidupan kakak sempat mengalami keterpurukan akibat bangkrut. Suaminya dulu seorang teknisi.
Kakak pindah tempat ke sebuah perkampungan di Islamabad. Baru tahun 2020 itulah kak bisa menyampaikan sebuah diary di buku diary usang yang diupload oleh menantunya. Selama aturan adat di sana memang tidak memperbolehkan perempuan memegang atau memiliki akun medsos. Kakak baru bisa memiliki ponsel itupun hanya ponsel biasa bukan ponsel pintar.
Kakak berencana berkunjung ke Indonesia akhir tahun 2020. Namun karena pandemi keinginan kami untuk melepas rindu masih terhalang.
Semoga kami bisa segera berkumpul kembali, mengingat uwak yang sudah hampir pikun saat ini.
Cianjur, 28022021