Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis, Content Creator, Podcaster

Introvert yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Usia 20an Sering Overthingking, Kenapa? (Quarter Life Crisis)

27 Februari 2023   20:42 Diperbarui: 27 Februari 2023   20:50 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image from: Chappy Hakim (ilustrasi anak muda yang kebingungan)

Pengantar

Sejak dulu kita semua tahu dan sepakat bahwa hidup ini memiliki tahapan-tahapan usia yang harus dilalui semakin usia seseorang bertambah, maka semakin akan banyak tanggung jawab yang harus dikerjakan dengan baik. 

Dulu ketika masih anak-anak kebanyakan tanggung jawabnya adalah seputar sekolah/belajar, menjadi anak yang baik untuk orang tua dan keluarga, ya di usia ini (6-12 tahun) tanggung jawab yang kita miliki masih bersifat personal, artinya kita melakukan hal-hal yang disebutkan di atas itu untuk diri sendiri da keluarga. 

Kemudian masuk usia remaja (13-19 tahun) mulai punya tanggung jawab sosial khususnya kepada teman, di usia ini umumnya seseorang mulai memiliki lingkar pertemanan (circle) yang lebih luas dari sebelumnya. 

Ini yang membuat kita pasti memiliki teman-teman dekat, entah di sekolah, di tempat kursus, atau di lingkungan dekat rumah. 

Di sini kita banyak mengenal berbagai karakter orang lain dari teman-teman kita dan terkadang juga timbul konflik atau perkelahian dalam pertemanan, di sinilah kemudian kita diharuskan bertanggung jawab untuk memperbaiki hubungan pertemanan, ada saat-saat dimana salah satu teman kita sedang kesulitan kemudian kita menolongnya. 

Kemudian pasti ada beberapa diantara kalian yang membaca ini, saat masih SMP atau SMA mengikuti kegiatan ekskul atau bergabung ke OSIS, itu merupakan bentuk-bentuk tanggung jawab sosial dengan teman dan dengan sekolah, yang diperkenalkan dan diharuskan untuk dihadapi di usia remaja. 

Kemudian fase transisi dari remaja menuju dewasa di usia (20-29 tahun) dimana seseorang mulai memiliki tanggung moral untuk masyarakat, di usia ini kita mulai dibebani dengan berbagai ekspektasi, mulai dari ekspektasi orang tua tentang pendidikan, ekspektasi diri sendiri untuk berkarya, ekspektasi untuk memiliki karir yang bagus dan masih banyak lagi. 

Ini yang kemudian memunculkan istilah yang beberapa waktu lalau ramai di jagad media sosial yaitu Quarter Life Crisis, dimana istilah ini menggambarkan masa-masa sulit dan beban mental yang dirasakan seseorang di usia 20an. 

Artikel ini akan membahas kenapa usia 20an penuh dengan tantangan dan rintangan, kemudian memaparkan secara umum mengenai Quarter Life Crisis dalam perspektif ilmu Psikologi.

Galau di Usia 20an

Ada banyak hal yang membuat galau di usia 20an diantaranya yang paling sering dicemaskan adalah soal karir, pasangan, dan jati diri, kegalauan atau kebingungan yang dialami seseorang dia usia 20an seringkali membuatnya kesulitan dalam mengambil keputusan. 

Melansir dari ALODOKTER (dr. Merry Dame Cristy Page), krisis hidup di usia 20 an tidak boleh disepelekan karena apabila tidak disikapi dengan bijak, bisa berakibat sangat fatal seperti penyakit gangguan kecemasan dan depresi. 

Hal ini bisa terjadi umumnya karena seseorang kebingungan dalam menentukan tujuan hidupnya, bisa juga karena memiliki terlalu banyak target dan mimpi-mimpi yang tidak realistis. 

Di usia ini kita sering melihat teman-teman yang seumuran sudah bekerja di perusahaan besar dan bergengsi, sudah punya pasangan dan menikah, sudah bisa jalan-jalan keliling dunia dan masih banyak lagi. 

Tidak jarang hal ini membuat kita membanding-bandingkan diri dengan mereka, daripada seperti itu kenapa tidak mencoba mencari atau merenungkan apa sebenarnya tujuan hidup kita.? 

Kemudian cari potensi yang kita miliki kemudian terus berlatih dan belajar untuk mengembangkan potensi itu, tidak ada gunanya selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain, karena setiap manusia punya jalan hidup yang berbeda dalam menuju keberhasilan. 

Dengan mengetahui potensi diri dan terus melatihnya secara konsisten maka kita akan lebih bisa menghargai diri sendiri, semangat hidup juga bisa muncul dan meningkat dengan sendirinya ketika kita mengenali dan terus melatih potensi diri.

 

Usia 20an: Fase yang Sulit

Ada sejumlah alasan mengapa usia 20an menjadi fase yang sulit dalam hidup seperti yang ditulis di laman lifehack.org di dunia kerja, anak-anak muda di usia 20an mempunyai beban kerja yang lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang lebih senior. 

Mengutip dari FIMELA Karena dalam dunia kerja kebanyakan mereka para senior yang sudah berumur 20 ke atas, memberikan banyak projek-projek kerja yang cukup banyak. 

Sebagai junior di tempat kerja anak muda usia 20an seringkali tidak punya pilihan selain melaksanakan atau mematuhi perintah senior, karena merasa bagaimanapun juga senior sudah lebih tahu banyak hal dan lebih berpengalaman. 

Ini pasti dialami oleh kalian yang memilih berkarir di perusahaan, ketka baru diterima kerja kerja anak muda usia 20an yang baru lulus kuliah (fresh graduate) akan memulai karirnya dari nol. 

Di usia 20an seseorang sudah tidak bisa lagi disebut remaja, namun secara mental juga terkadang belum siap menjalani hidup sebagai orang dewasa. 

Kedewasaan adalah ketika kita bisa mengontrol emosi, menata kehidupan dengan baik, menjalankan kewajiban dan tanggung jawab sebaik-baiknya, baik tanggung jawab dalam kehidupan pribadi, karir, atau keluarga. 

Namun semangat dan ambisi di usia 20an begitu kuat, inilah hal berharga yang kita miliki apabila semangat ambisi yang bergejolak itu disalurkan dan diarahkan dengan baik, misalnya untuk mengembangkan karir, melatih keterampilan, atau berkarya. 

Maka akan melahirkan sesuatu yang luar biasa di kemudian hari mulai dari karir yang matang di usia muda, memiliki keterampilan yang dibutuhkan banyak orang sehingga bisa mengajarkannya ke orang lain, sampai menciptakan sebuah karya dalam bentuk apapun yang bermanfaat untuk banyak orang.

Segudang Masalah di Usia 20an

Di tahap usia 20an pada umumnya sesesorang akan mengalami yang namanya 'Quarter Life Crisis' Azri Agustin M.Psi., Psikolog Klinis Fakultas Psikologi UGM, menuturkan Quarter Life Crisis merupakan masa-masa yang terjadi biasanya pada usia 18-30 tahun. 

Melansir dari DetikEdu dalam artikel karya Fahri Zulfikar, dikutip dari laman resmi UGM Jum'at (03/06/2022) Azri mengatakan "Pada masa transisi ini juga ada tugas perkembangan misalnya mulai mandiri, ada tugas untuk mengembangkan karier seperti dimulai dengan memilih pendidikan, menyelesaikan, dan memilih karier untuk ditekuni." 

Kemudian hal ini terjadi juga karena adanya tuntutan dari masyarakat, untuk mulai menemukan pasangan, segera berkeluarga, sampai tuntutan agar segera mencapai kemapanan fiansial. 

Quarter Life Crisis terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara tuntutan individu atau masyarakat, dengang kemampuan yang dimiliki individu dalam mengembangkan dirinya di masa transisi ini. 

Ada beberapa ciri yang dirasakan seseorang ketika mengalami Quarter Life Crisis, diantaranya adalah: muncul keraguan dengan kemapuan diri 'apakah aku bisa?, bagaimana jika aku gagal', kurang teromtivasi dan merasa khawatir dengan masa depan, tidak menghargai atau justru kecewa dengan pencapaian diri sendiri, sampai mempertanyakan tujuan hidup seperti 'untuk apa aku hidup?.'

Quarter Life Crisis & Cara Mengahadapinya

Meski menjadi hal yang wajar dan pasti dialami oleh semua orang namun tidak dapat dipungkiri fase 'Quarter Life Crisis' sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari, Quarter Life Crisis (QLC) adalah hal yang lumrah dialami seseorang di usia seperempat abad. 

Terlebih ketika beban hidup dan kebutuhan meningkat derastis dari usia remaja belasan tahun ke 20 tahun, akibat dari masa QLC ini tidak jarang membuat seseorang menjadi pendiam, karena di dalam pikirannnya berkecamuh perasaan cemas dan ragu terhadap diri sendiri atau masa depan. 

Mengutip dari Gramedia Blog dalam artikel karya Atap ada satu carapaling ampuh, untuk menghadapi dan melewati fase krisis di usia 20 an. 

Adalah dengan membuat bahan evaluasi dan mencari motivasi dari manapun dan dari siapapun, maksudnya evaluasi adalah kita mencari tahu apa kekurangan yang dimiliki,? apa yang bisa dilakukan,? apa potensi yang dimiliki,? kemudian motivasi adalah hal-hal yang bisa membuat kita semangat dalam menjalani hidup. 

Motivasi bisa didapatkan dari berbagai tempat dan cara, mulai dari membaca buku-buku self improvement, membaca buku atau menonton film biografi tokoh-tokoh ternama, atau bicara dengan orang-orang yang lebih bijak dan berpengalaman. 

Apabila kita masih tahu tentang kelemhan yang dimiliki, apa yang bisa dilakukan, atau potensi apa yang kita punya, tentunya akan sulit untuk untuk membuat visi atau rencana hidup yang harus dilakukan kedepan. 

Namun jangan khawatir karena kalian bisa mengikuti tes-tes kepribadian, dimana di era internet sekarang ini sangat banyak situs-situs terpercaya yang menyediakan layanan tes kepribadian, seperti Myers-Briggs, Eneagram, atau 16Personalities. 

Dengan begitu kalian akan lebih mudah untuk mengenali diri sendiri karena tanpa mengenali diri sendiri akan sulit untuk termotivasi, jika sulit termotivasi akan sulit untuk menetukan visi hidup untuk kedepannya.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun