Waktu bergulir seperti biasa. Mungkin terlalu biasa.
Sebagian orang berucap dan bertukar salam di pintu rumah, sembari mengingat ulang tujuan keluar dari rumah. Sebagian yang lain dengan atau tanpa salam, berulang mengetuk pintu, dan berkali menjelaskan tujuan berdiri di depan rumah.
Sebagian sisanya, melupakan salam dan tujuan. Terbiasa memasuki pintu tanpa rumah, dan mendiami rumah tak berpintu. Atau sesuatu yang diyakini sebagai rumah, tanpa memikirkan pintu.
Pintu dan rumah. Mengingatkanku pada ibu dan ayah.
***
Waktuku bergulir biasa. Seperti tiga lampu dengan tiga warna berbeda, yang terbiasa bergantian menyala.
Pernah ada, di saat hujan dan lampu berwarna merah menyala. Seorang pengendara motor dengan pakaian basah masih bersabar menunggu, dan berhasil membuatku diam-diam menangguk malu.
Tak sepertiku, lelaki itu pasti seorang yang patuh dan teguh.
Di saat lain, aku acapkali gagal bertahan untuk tidak tertawa. Lampu merah itu tetap menyala walau jalanan dan kendaraan sepi.
Menurutku, warna merah itu tak akan berfungsi jika jalanan dan kendaraan sepi? Tapi aku belum juga menemukan jawaban, kenapa masih menyala jika keberadaannya tak berarti?