Silakan baca di media massa atau saksikan di televisi. Sekuat apapun ajakan untuk tidak mudik, arus mudik tetap tak tertahan, tah?
Apapun usaha dan upaya yang dilakukan, selalu ada ide baru serta jalan tikus untuk "mengakali" itu, kan?
Apalagi kurangnya ancaman dari korona? Namun, seperti alasan temanku. Seekor harimau, hewan buas dan raja hutan, bisa leluasa dilihat di kebun binatang sambil foto-foto? Hiks..
Begitulah! Terlepas dari pertimbangan bijaksana dan bijaksini, pada momentum idul fitri, orang-orang harus memutuskan. Memilih silaturahmi atau pandemi?
Memanfaatkan Teknologi, Jalan Tikus agar Silaturahmi Tak Terputus
Sejujurnya, adalah bohong jika aku tak mengeluh dengan situasi pandemi saat ini.
Sudah dua tahun, adikku dan keluarganya yang tinggal di Kota Padang tak bisa mudik ke Curup.
Jika tahun kemarin, Padang masuk zona merah. Maka tahun ini, alasan bertambah. Berkenaan dengan pendidikan anak-anaknya yang akan mengikuti ujian sekolah sesudah idul fitri.
Begitu juga kakak perempuanku yang tinggal di Bekasi. Tahun ini, adalah tahun kelima, harus menahan hati dan menahan diri untuk tidak pulang kampung.
Bukan hanya alasan rindu kampung halaman dan mengulang kenangan di masa kecil. Tapi juga untuk bertemu Amak (ibuku) yang saat ini sudah menginjak usia 79 tahun.
Namun, situasi saat ini, memaksa kedua saudaraku untuk "mengalah". Namun, bukan berarti menyerah dalam upaya menjalin silaturahmi, tah?