Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Pesan dari Meja Makan

10 April 2021   21:26 Diperbarui: 11 April 2021   21:58 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi meja makan (sumber gambar: pixabay.com)

Di pasar.
Sejak pagi, suara-suara bertengkar. Tentang genangan dangkal menghiasi lorong tanpa aspal. Tentang timbangan irisan daging dan ikan yang tak lagi seimbang. Dan, tentang ukuran bulir cabai mengkerut, tapi nilai tak pernah mengerucut.

Televisi bercerita dari ruang tamu. Tiga hari lalu.

Di tepi jalan.
Tumpukan sayur dan tomat terlihat layu dan malu-malu. Mengikuti tatap mata penunggu yang sayu dan kuyu. Letih berkicau tentang keluh yang menumpuk. Memilih lupa kisah panjang benih dan pupuk.

Cerita televisi begitu. Dua hari lalu. Di ruang tamu.

Di meja makan.
Suara-suara lesap di udara. Tak ada lengking nyaring untuk sepotong daging. Tak ada denting suara sendok dan piring. Kecap, tempe dan tahu menunggu ragu. Menatap empat pasang mata yang meratap gagu.

Tak lagi ada cerita televisi. Sejak kemarin, Ia menghilang dari ruang tamu.

"Makanlah, Nak! Ini dari luar negeri!"

Sayup kudengar suara lembut ibu. Sebelum giliranku.

Kriuuuk!

Curup, 10.04.2021
Zaldy Chan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun