Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Titik Kritis Sebuah Kritik

9 Februari 2021   20:15 Diperbarui: 11 Februari 2021   08:15 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi disain kritik di kepala (sumber gambar: pixabay.com)
Ilustrasi disain kritik di kepala (sumber gambar: pixabay.com)
Tiga Ornamen Kritik

Apa pun jalan yang digunakan. Baik melalui lisan atau tulisan. Hematku, ada tiga ornamen dalam sebuah kritik.

Pertama. Pemberi Kritik.

Masa sekolah dulu, temanku yang sering memberi kritik diganjar dengan julukan "siswa kritis". Biasanya, disukai guru. Karena aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Tak jarang, ada kebanggaan tersendiri jika mendapat gelar itu.

Guruku selalu mengingatkan. Jangan asal kritik. Jika menyanggah atau mengajukan kritik. Mesti paham dan mengerti dulu jadi, akan bermanfaat. Rumusnya jelas, "Jangan pernah mengkritik yang kamu sendiri tak mengerti".

Menurutku, aroma dan fenomena kritik saat ini tak lagi begitu. Tak harus menyerap beragam informasi, menganalisis dengan proses "triangulasi", baru bersuara. Cukup membaca judul, sudah bisa mengkritik isi. Kritik menjadi penyakit "latah" yang menular.

Kedua. Penerima Kritik.

Jika menulis bab penutup sebuah karya tulis, berupa skripsi, tesis atau disertasi. Ada pakem yang harus dimasukkan. Kurang lebih dengan kalimat, "Peneliti (penulis) menerima kritik dan saran yang konstruktif untuk kesempurnaan penelitian (penulisan) ini."

Begitu pun dengan pejabat atau pimpinan perusahaan. Berani, yakin dan tak sungkan dengan ungkapan, "akan terbuka dan siap menerima kritik". Aku tak akan menyigi faktanya, apakah demikian?

Logikanya, jika "mengundang" kritik. Artinya menyadari ada kekeliruan, tah? Semakin banyak kritik, semakin banyak yang keliru. Sebab, tak akan hadir kritik dalam sebuah kebenaran.

Ketiga. Materi kritik dan cara menyampaikan kritik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun