Dapur itu tak lagi berbunyi
Tungku dan kayu telah menjadi abu, jauh sebelum waktu menakik hadirmu. Kompor dan sumbu nyaris menjadi artefak bisu, jika tak kusimpan di gudang berdebu. Menjadi serpihan masa lalu.Â
Seharusnya kau bukan bagian dari itu.
Dapur itu tak lagi bernyanyi
Di baskom, dua gelas sisa kopi semalam masih terendam. Ditemani empat piring berwarna pelangi kusam. Tanpa sendok dan garpu. Empat siung bawang merah dan sebiji bawang putih terdiam, menatap pantulan cahaya suram dari segenggam garam yang muram. Sepertiku.
Semestinya tanpa dirimu.
Dapur itu mereguk sunyi
Tanpa kehangatan cara dari sisa-sisa pembakaran kata. Tanpa aroma rasa yang memantik selera asa. Ia hangus tanpa asap. Diberangus tatap tak diharap.Â
Seandainya kita tak saling meratap.
"Dapur siapa, Yah?"
"Peracik aksara, Nak!"
Curup, 05.02.2021
zaldychan