Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sepucuk Surat dan Sehelai Sapu Tangan Biru

10 November 2020   16:27 Diperbarui: 10 November 2020   16:38 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar sepucuk surat (sumber gambar : pixabay.com)

***

"Bagaimana jika nanti, kau seperti..."

Pertanyaan berulang! Kau seperti ibu. Khawatir jika aku seperti ayahku. Sosok yang tak pernah kembali. Usai dijemput malam hari.

Aku hanya tahu dari cerita ibu, yang kembali aku ceritakan padamu. Ayahku menjalankan misi rahasia untuk negara. Hanya itu.

"Kau mau mengingatku?"

Angin senja menjemput bayangan malam. Dan aku tak mampu mengusik raut wajahmu nan muram. Permintaan menjadi serpihan harapan tanpa pembuktian. Hampa, tak makna. Namun melahirkan bekas luka.


Kau tak ingin mengerti? Tak satu orang pun yang bersiap menyusun puing-puing perpisahan di bentangan ladang harapan. Dan, tak pernah ada pilihan mudah dalam peperangan.

***

"Tak usah berjanji. Pergilah!"

Kau dan aku mengerti. Hati harus belajar kepada sunyi. Mereguk kekosongan hari-hari tak berujung dalam penantian. Hanya berbekal kepercayaan untuk tetap bersama dalam keyakinan. Adakah yang mampu mengalahkan keyakinan?

Bagimu, bukan segaris senyuman yang pantas diajukan. Namun, butiran air mata adalah cara terbaik darimu membasuh titik akhir pertemuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun