Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Sampai Congklak Masuk Museum Purbakala!

7 Juli 2020   00:13 Diperbarui: 7 Juli 2020   00:39 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak perempuan bermain congklak (sumber gambar : https://www.sabumiku.com)

Tuh! Padahal, dalam permainan itu, kalau dalam pelajaran ilmu sosial waktu aku SMP dulu, mirip-mirip prinsip ekonomi, "dengan modal sekecil-kecilnya, medapatkan keuntungan sebesar-besarnya". Iya, kan? Kan?

sekelompok anak laki-laki bermain congklak (sumber gambar : https://wartakota.tribunnews.com)
sekelompok anak laki-laki bermain congklak (sumber gambar : https://wartakota.tribunnews.com)
Jangan Sampai Permainan Congklak Masuk Museum Purbakala!

Mungkin sedikit lebay, aku malah menyimpan sedikit kekhawatiran.  Jika jenis permainan tradisional ini, mungkin bakal direkomendasikan kaum rebahan segera masuk museum purbakala. Alasannya?

Pertama. Permainan ini sudah teramat jarang kulihat dimainkan. Sama seperti jenis permainan tradisional lainnya, semisal bermain loncat kodok, lompat karet, main cabur, gangsing atau enggrang. Anak sekarang, tak siap dengan celetukan. "Hari gini, masih main gitu?"

Malah, beberapa tahun lalu kudengar, ada komunitas yang mengadakan kegiatan jamboree permainan tradisonal anak nusantara. Dengan jenis permainan dari bahan yang murah meriah dan mengikat kebersamaan, serta melati keterampilan plus kebugaran tubuh.

Kedua. Pemainan ini dianggap rumit, gegara banyak hitungan dan "rumus' ajaib. (apalagi jika bisa melangkah lebih dulu). Kalau ketemu lawan yang pintar bermain, jejangan kita hanya menunggu hingga melihat sisa-sisa kerang bertebaran di 12 lobang.

Emang masih ada anak sekarang yang betah menunggu? Padahal, itu juga bisa dijadikan belajar untuk ngantri, kan?

Ketiga. Permainan ini, tak bisa melakukan kesalahan atau kekeliruan. Resiko salah dan keliru, akan menguntungkan lawan serta berujung kekalahan. Kenapa? Karena transparan! Sebab, jumlah kerang di semua lubang, bisa diperhitungkan, sebelum dan sesudah melangkah.

Permainan congklak, sesungguhnya mengajarkan proses kemenangan yang diraih tidak tiba-tiba. Begitu juga kekalahan dan kesalahan yang dialami, akan diketahui dan tampak! Masih banyakkah anak sekarang yang menerima kalah dan salah diketahui orang lain? Kalau main gawai, kalah, salah dan tak puas tinggal restart, kan?

Terlepas dari tiga atasan menurutku. Karena tak puas. Maka aku telusuri sejarah dan makna permainan congklak, menggunakan Google. Namun ada satu artikel (di sini), yang kukira menarik jika kutuliskan ulang dengan beberapa pengembangan pada artikel ini.

Anak SD bermain congklak (sumber gambar : https://alif.id)
Anak SD bermain congklak (sumber gambar : https://alif.id)
Ternyata, Ada Filosofi dari Permainan Congklak!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun