Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagi Sun Tzu Perang adalah Seni, bagi Guru Mengajar Itu Seni, Bisakah?

6 Februari 2020   15:35 Diperbarui: 6 Februari 2020   17:23 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pxhere.com

Sekarang berkembang. Tak lagi sekedar pintar dan mendapatkan ilmu pengetahuan, namun juga meraih nilai yang bagus dan ijazah pendidikan tinggi. Hal itu sebagai modal, agar bisa bersaing di dunia kerja hingga memperoleh kehidupan yang layak dan bahagia.

Perspektif itu, bertambah lagi dengan harapan dari orangtua. Bahwa sekolah tak hanya memiliki titik tekan pada sisi intelektual, tapi juga kepribadian, karakter dan strategi dalam menentukan sikap hidup. Tuh, berat kan?

Sehingga proses pengajaran yang dilakukan guru, diharapkan melalui proses kreasi yang memiliki nilai seni. Hal ini bermakna secara teori dan praktek, menjadikan proses mengajar sebagai sesuatu kegiatan yang menarik, menyenangkan, tertata dan seimbang antara kualitas proses dan hasil pengajaran.

Illustrated by pxhere.com
Illustrated by pxhere.com
Guru Taman Kanak-kanak Bisa Menjadi Contoh!

"Perlakukan anak buah Anda seperti halnya anak-anak yang Anda kasihi. Dan, mereka akan mengikuti Anda kemana pun Anda pergi." -- Sun Tzu

Aku pribadi, memiliki pengalaman dengan empat anakku yang sekolah di Taman Kanak-kanak. Atau hal yang sama mungkin juga pernah dialami oleh para orangtua yang lain.


Tanpa disadari, peran dan kedudukan sebagai orangtua dengan sangat cepat "diambil alih" oleh guru, ustadzah atau ummi di taman kanak-kanak. Bahkan tak sampai hitungan satu bulan!

"Bilang Ummi, tak boleh..."

"Cerita Ummi..."

"Itu salah! Kata Ummi..."

Tak hanya pada ujaran-ujaran di atas. Anak-anak juga begitu patuh mengingat perintah dan larangan Ummi TK. Seakan-akan, mereka merasakan "keberadaan" Ummi TK dalam kesehariannya. Kok bisa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun