"Abang masih berhidroponik?"
"Iya! Sekalian ngajak anak-anak!"
"Wah! Organic Parenting!"
"Hah?"
Nyaris dua tahun aku berhidroponik di sela kegiatan rutin. Ada kangkung, selada, pokcay, juga strawberry dan daun bawang. Hasilnya buat dinikmati anggota keluarga. Artikelnya, pernah kutulis di Kompasiana.
Tapi organic parenting?Â
Percayalah, telinga orang kampung sepertiku, rada kusut kalau ada teman yang menggunakan istilah asing. Istilah itu, hasil dari percakapan pagi tadi di WAG Parenting.
Sebagai Ayah dari empat anak, aku malah jadi penasaran dengan istilah organic parenting. Maka aku sibuk berselancar mencari tahu istilah itu. Aih, risiko orang kampung, kan? Sering keteteran informasi.
Ternyata organik parenting, di beberapa artikel disebut "Pola Asuh Organik", yaitu pola asuh sehat yang dilakukan orangtua pada anak. Merujuk pada jenis tanaman organik. Dan, selama ini, sudah aku lakukan tapi enggak tahu istilahnya! Ahaaay...
Organik merupakan kata yang mewakilkan perkembangan atau alam. Dengan makna lain, pola asuh organik mengedepankan gaya mengasuh anak secara alami dan lebih dekat dengan alam.
Kuramu dari berbagai artikel yang berkaitan dengan pola asuh, konsep pola asuh organik, tak hanya pada pola makan serta jenis makanan sehat yang dikonsumsi anak-anak sehari-hari. Namun juga semua aspek tumbuh kembang anak di arahkan lebih natural.