"Mas! Booksingning, sebentar lagi!"
"Iya!"
Kota ketujuh, dalam tiga bulan. Berliku jalan yang kulewati. Bertahun laju waktu yang kulalui. Hingga salah satu penerbit, tertarik mewujudkan impian terbesarku. Membidani lahirnya sebuah novel.
Tak kuhitung berapa kali, jemariku menggoreskan tandatangan dan namaku di sampul. Pun tak kuhiraukan aneka perhitungan keuntungan yang rumit dari terbitnya novel itu. Bagiku, kehadiran novel itu, adalah pengganti hadirmu. Bukan adamu.
Seperti di kota lain. Anggukan dan senyuman adalah jawaban terbaikku. Atas ribuan pertanyaan berulang. Dan segera menjadi  usang.
Malam ini. Di antara kerlip nyala lampu yang membiarkan sepi menemani. Rintik hujan, pun kembali mengajak pulang pertanyaan dan pernyataan orang-orang yang membaca kisah itu. Tentangmu.
"Ini, kisah nyata, kan?"
"Andini, Istri Mas, kan?"
"Anak kecil di sampul novel ini, anak Mas?"
"Kisah inspiratif, Mas!"
"Usianya sebelas tahun, kan? Kenapa tak ditulis nama anaknya?"