Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kabut di Cakrawala Sepi

26 Oktober 2019   16:27 Diperbarui: 26 Oktober 2019   16:26 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com/plukje

Sejauh matahari pergi, esok hari pasti kembali. Bersama pagi datang bertamu, menyapa puncak Bukit Kaba yang membiru, mengelus lebar dedaunan tembakau, dan pucuk-pucuk teh yang terhampar menghijau.

Kau terjebak di sini. Sendiri.

Aku masih menggenggam garis-garis senyuman yang mampu menenangkan risau hati, dari hantaman badai terik matahari. Aku pun masih menyimpan derai tawa yang meneduhkan jiwa, dari gigil butiran hujan yang dipenuhi kabut di cakrawala.

Aku di sini. Bersama sepi. Memeluk erat aroma kelopak mawar merah, yang tergeletak di tanah rekah. Di antara susunan dahan-dahan kamboja yang layu, lelah menanti kemarau berlalu.

Aku bukan lagi matahari. Kau tahu?

Curup, 26.10.2019
zaldychan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun