Siapapun mungkin pernah merasakan jenuhnya menunggu. Atau, sepertiku? Kembali mengeja semua lalu hari dengan jemu, seraya memupuk keberanian membunuh rindu.
Aku begitu lekat mengingat raut keceriaan yang sempat singgah di wajahmu, dengan tatapan mata berwarna rahasia. Sambutan yang begitu hangat untuk satu kedatangan, walau tanpa pelukan erat jamaknya suatu perjumpaan.
Kau tahu? Lelah ku ukir larik-larik kalimat mantra, perlahan kembali terbenam di kepala.
Aku terlalu bahagia menjadi yang pertama merasakan sentuhan lembut rasamu. Hingga aku memilih menunda dan menyimpan mantra itu, sambil menanti saat yang tepat tiba.
Entahlah! Baru kemarin rasanya, atau aku yang mulai lupa melalui waktu yang lama. Merasakan lagi resah menghabiskan waktu mengeja kata tunggu. Demi waktu! Kuingin membunuh rindu.
Kalimat itu menjadi saksi mimpi. Ketika kau kembali pergi. Meninggalkan aku, pagi dan sepi.
Curup, 23.10.2019
zaldychan