Pernah Dengar lagu "Sapa Moti Malingi"? Â Yeah! Gegara tak sengaja mendemgar nadanya dan penasaran, Aku surfing lagu itu. Ternyata itu lagu berbahasa Bima, Nusa Tenggara Barat.
Bilang temanku, ide dan inspirasi itu jorok dan liar! Bisa ditemukan dimana aja dan kapan saja. Â Sore ini, hal itu kualami. Aku tulis, ya?
Awalnya, dari pagi aku harus ke tempat kerja, walaupun hari libur. Gegara masih ada kerjaan yang mesti dibereskan. Ditemani sama anak gadisku yang betah duduk dan senyum-senyum sendiri di depan laptop. Gegara menonton aneka vlog prank di chanel Youtube.
Sesudah Ashar. Saat rehat, iseng akupun membuka Youtube. Biasanya, menonton talenta ajaib dan sering terpinggirkan yaitu pengamen atau musisi jalanan. Salah satu konten menarik sore itu, menampilkan satu video satu grup pengamen jalanan penggalangan dana Peduli Lombok. Â
Konten dari Chanel Junaidi karo karo, yang Diupload tanggal 7 September 2018. Udah ditonton 10.510.231 kali. Kutonton dengan judul "Tak Sadar! Kalo Pengamen ini ditonton Penyanyi Aslinya".Â
Yang menarik, bukan hanya motifnya, tapi rasaku "tergugah' mendengar musiknya. Aku berikan linknya disini, ya?
Walau tak mengerti bahasanya. Kukira ini lagu sedih dan musiknya "menyentuh". Semisal berkisah tentang duka, karena bencana di Lombok.Â
Akhirnya, kucari chanel yang ada lirik dan artinya. Aduh! Ternyata Sapa Moto Malingi itu artinya "pergi menyebrangi lautan yang sepi". Hiks.. (Di bawah ini link lagu dan terjemahannya)
Lagu itu berkisah tentang sepasang kekasih yang harus berpisah. Karena sang lelaki harus melanjutkan sekolah. Dan berjanji akan kembali lagi.Â
Sekilas membaca lirik dan videoclipnya, kumaknai begitu. (Maaf, kalo salah memaknainya, buat teman-teman Kompasianers dari Bima, ya?).
Namun bisa juga dimaknai. Lagu tersebut tak hanya tentang perjuangan cinta sepasang kekasih, kan? Bisa saja ada semangat anak muda membangun kembali desanya, usai kembali dari menuntut ilmu. Sebagaimana pernah dicanangkan Gubernur Sumatrea Utara Raja Inal Siregar (alm) sengan jargon "Marsipature Huta Nabe".
Penasaranku, gegara lagu itu semakin melebar. Udah tahu lagu dan lirik plus artinya. Malah jadi penasaran sama penyanyinya. Surfing lagi. Ketemu! Lagu itu dinyanyikan oleh Grup Band La Hila.
Kukutip dari https://kicknews.today, Grup ini lahir pada tanggal 1 Januari 2010. Formasi awal Terdiri dari 5 orang. Jovan (Vocal), Nico (Basis), Dika (gitar), Damanhuri (Keybordist) dan Heri (Drummer). Dan lirik lagu Sapa Moti Malingi itu ditulis oleh Achwan Sapar.
Jamaknya grup Musik, akan ada gonta ganti personil. Begitu juga La Hila Band, berganti formasi. Anggotanya Ame (Vocalist), Nico (Basis), Ajie (Gitar), Ilham (Keybordist) dan Imam (Drummer). La Hila yang awalnya bergenre Pop Melayu, bergeser menjadi Pop Alternatif.
Ternyata, nama La Hila itu. Bukan sembarang sebutan. La Hila adalah suatu cerita legenda dari Daerah Donggo, Bima, Nusa Tenggara Barat. Yaitu seorang Perempuan yang penuh pengorbanan, ketulusan dan kelembutan dalam bersikap.
Dari beberapa catatan yang aku buka di Mbah Google, ada beberapa perbedaan alur cerita tentang gadis bernama La Hila. Namun, semuanya mempunyai plot awal dan akhir yang sama. Namanya juga cerita Legenda Daerah, kan?
Dikisahkan, bahwa adal seorang putri di Kala, Donggo. Namanya La Hila. Cantik jelita. Kulitnya putih bersih. Lehernya berjenjang. Jika makan dan minum, tampaklah makanan dan minuman yang ditelan. Alis sang putri seperti semut beriring. Rambutnya panjang terurai.
Karena kecantikannya. Maka banyak pemuda yang berjuang dan bersaing untuk mendapatkan La Hila. Untuk menghindari keributan dan pertumpahan darah. Maka La Hila diungsikan oleh Paman dan Bibinya untuk bersembunyi dalam sebuah Gua. Berbekal alat menenun.
Esok harinya, saat sang paman ingin mengantar makanan. Di dalam gua tak ditemukan La Hila. Hanya bersisa alat menenun. Bibinya menangis keluar gua. Tak sengaja tangannya mencabut pucuk rebung (Tunas Bambu). Yang berteriak dengan nada kesakitan. Seraya berucap "Ini Saya, Bibi! La Hila! Bambu ini jangan dirusak. Tolong dijaga hingga anak cucu".
Bibi La Hila, menangis sambil mengelilingi rebung tersebut sambil bernyanyi. Yang kemudian menjadi asal mula "Kalero", musik Khas Donggo. Dan Bambu sebagai jelmaan La Hila dimanfaatkan masyarakat, untuk berbagai keperluan semisal membangun rumah atau alat rumah tangga.
Aih, Malah panjang, ya? Begitulah. Hasil rehatku sejak ashar tadi. Jadilah artikel ini. Gegara penasaran dengan lirik lagu Sapa Moti Malingi! Akhirnya bercerita tentang Grup Band La Hila dan Cerita Legenda Daerah Donggo Bima Nusa Tenggara Barat tentang Muasal pohon Bambu.
Ternyata, bisa begitu, ya? Semoga masih terus ada lagu daerah yang menyentuh budaya lokal dan memperkaya khasanah budaya nasional, ya? Setuju? Hayuk Salaman...
Curup, 08.09.2019
[Ditulis Untuk Kompasiana]
Taman Baca
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI