ketika serpihan rasa merapal mantra cinta, maka titik semesta tempat asa kita bermuara adalah ketegaran jiwa. yang memaksa sekawanan awan, sesaat membendung mendung sebelum hujan. yang meminta goresan penyebab duka, sesaat menunda tetesan darah menutupi luka yang menganga.
berkali, kita membiarkan langkah kaki menelusuri jejak-jejak mimpi. merelakan duri-duri jeri menggamit rumitnya sepi. dan, kembali menguji ketangguhan kata pengikat janji, melewati kegelisahan kisi-kisi sanubari. memanggul ulang bayangan masa lampau, memanggil pulang kenangan dulu yang terhalau.
hati bukanlah karang terjal yang terlanjur majal, dihempas debur amuk ombak di tepian laut dangkal. bukan pula tembok perisai rasa yang memapas kelindan akal, dan menyulut logika yang banal. kita tersedak merangkai alasan-alasan sunyi persembunyian, dan tersentak pilu memagut perih kesunyian.
berkali, kita sibuk mengeja cinta dengan rapalan mantra yang mampat. dan, kembali tersendat penjara rasa yang jalan di tempat.
Curup. 01.07.2019