Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Unforgettable Moment" [10]

28 Juni 2019   08:15 Diperbarui: 28 Juni 2019   08:40 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

"Ini ditulis tadi?"

"Malam! Nik tambah dua lagi!"

"Empat belas dan lima belas?"

"Iya!"

"Jangan berubah?"


"Jangan hilang lagi!"

"Mas?"

Terdiam. Kau anggukkan kepala, bersandar di kursi. Wajahmu kau alihkan. Tak lagi menatapku. Sejak pagi, udara cerah. Tidak siang itu. Kantin tak lagi ramai. Kembali kunyalakan rokokku. Kuikuti diammu. Kau tahu. Aku menunggu jawabmu.


"Nik gak mau, seperti dulu!"

Tetiba kau tundukkan kepala. Itu alarm bagiku. Kuraih buku besarmu. Kau terkejut. Kuambil pena. Perlahan kutulis dengan huruf kapital.

SUMPAHKU!

HARI INI AKU BERJANJI

MENCINTAIMU

SEMAMPU DAN SEMAMPUSKU

Kantin FT IKIP, 02 September 2000

Kutulis namaku. Kutandatangani. Kuajukan padamu. Kau baca. Kau menatapku. Kututup buku besarmu. Kuletakkan dihadapmu.


"Simpan! Suatu saat akan Mas tanyakan!"


Aku mengerti. Lewati masa empat tahun. Usai MTs. Aku, kau anggap hilang. Aku juga mengerti inginmu. Lima tahun lalui waktu bersama. Hadapi aral dan onak. Jadi penguat. Bahwa rasa adalah pantulan jiwa.


"Nik takut?"

"Iya!"

"Mas pergi?"

"Nik gak tahu!"

"Masih percaya Mas?"

"Nik gak mau..."

"Percaya atau tidak?"

"Iya!"

"Jaga itu!"

"Nik merasa..."

"Dengar! Mas sekarang tak bisa..."

Ucapku terhenti. Aku gagal. Beningmu, tak lagi dapat kucegah. Kau tundukkan wajahmu. Ku edar pandang ke penjuru kantin. Ada hening antara kau dan aku. Sayup suara terdengar, dari beberapa penghuni kantin. Kunikmati diammu. Dengan kepulan asap rokokku.


Agak lama. Kau ubah posisi duduk. Meraih gelas, dan kau reguk isinya. Kembali kau buka bukumu. Dan lagi, kau baca tulisan tanganku. Kau tulis namamu. Kau tandatangani.

Kau menatapku. Aku tahu. Kau paksakan, tersenyum padaku.

"Maafkan Nunik, ya?"

"Eh?"

"Mas mau ujian. Tapi Nunik malah..."

"Apa?"

"Malam tadi, Nik gak bisa tidur!"

"Kenapa?"

"Nik mengerti. Mas ingin bertemu Ayah dan Mamak. Tapi..."

"Gak usah dibahas!"


Kumatikan rokokku. Kuusap pelan kepalamu, sambil pegangi buku milikmu. Aku tersenyum. Aku jadi tahu. Kau terbeban. Sejak dulu, kau tahu, aku tak ingin sembunyi. Dan aku tak mau memulai dari salah.

"Nik masih ingat? Mas dulu pernah berjanji mencari Nunik? Butuh empat tahun. Itu pahit! tak terganti! Tapi Mas percaya. Jika garis-Nya. Mas akan temukan Nunik! Dan Mas tak mau lagi ada..."

"Sudah! Tak usah..."

"Biar Nik Tahu. Karena Mas tak ingin. hubungan ini hanya..."

"Nik tahu!"

"Sebab Nunik adalah..."

"Maafkan Nunik, Mas!"


Nyaris berbisik. Kau raih tangan kananku di atas meja. Kau tutupi dengan wajahmu. Beningmu kembali hadir. Sebab yang sama. Rasa yang sama. Dan cara yang sama. Kurasakan hangat beningmu. Tapi aku tahu. Takkan bisa hentikan itu.

#Nik

#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #BorntoFight #ThereisaWay #SpeakYourMind

zaldychan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun