Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Speak Your Mind" [6]

3 Juni 2019   07:15 Diperbarui: 3 Juni 2019   07:16 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Sejak tinggalkan pantai maghrib tadi. Kau tetap diam ikuti aku. Tak lagi ada beningmu. Aku tahu, bukan mataair matamu lakukan itu tapi rasamu. Tanganmu wakili itu. Erat kau cengkram lengan dan bersandar di bahuku. Hingga harus kau lepas, saat turun dari angkot putih. Di jalan Cendrawasih.

Beranda rumah kostmu sepi. Ibu kost sudah melihat dari jendela. Kau hentikan langkah di pagar menghadapku. Matamu menghujam manik mataku.

"Mas langsung pulang?"

"Kopi Nunik habis?"


Kau tersenyum. Menggeser pintu pagar menungguku. Tak lagi bicara. Aku berjalan memasuki halaman ke arah jendela. Kau di belakangku. Senyum ibu kost menyambutku. Kuucap dan bertukar salam sambil berdiri.

"Apa kabar? Udah lama gak datang, kan?"

"Dimarahi Nunik, Bu!"

"Gak mungkin! Ibu pasti tahu, kalau kamu berdua lagi marahan."

"Haha..."

"Bilang Nunik, lagi sibuk skripsi?"

"Udah diancam DO!"

"Hah! Serius?"

"Nunik yang ngancam!"

"Haha...Duduklah!"

"Makasih, Bu!"

Aku berjalan ke beranda segera duduk. Kau lenyap di balik pintu. Ibu kost pun hilang dari jendela. Kunyalakan sebatang rokok, menghirup pelan asapnya. Sunyi kutemui. Biasanya moler temani. Moler mati setahun lalu.

Sedikit lama, kau muncul. Dua tanganmu membawa satu gelas berkopi juga asbak. Wajahmu segar, tersenyum padaku. Kau duduk di sisiku. Gelas berkopi dengan kepulan asap tipis. Kau ajukan ke hadapku.


"Masih panas, Mas!"

"Udah tahu."

"Haha..."

"Nah! Coba dari tadi..."

"Apa...?"

"Nik tertawa!"

Tawamu terhenti. Kau ubah posisi dudukmu. Sepenuhnya menghadapku. Aku menatapmu. Menunggu.


"Maafkan Nunik, ya?"

"Dua kali minta maaf? Kan tadi udah, waktu di pantai?"

"Tapi, Mas belum..."

"Gak usah dibahas!"

Sambil tertawa kuacak pelan kepalamu. Kau manatap mataku mencari sesuatu. Kuraih gelas di atas meja, kureguk sedikit isinya. Masih terlalu panas! Terburu kuletakkan lagi. Kau tertawa. Segera berdiri dan lenyap di balik pintu. Kau kembali dengan segelas air putih. Kau serahkan padaku.

"Nik lupa! Padahal udah disiapkan!"


Kureguk dan kusisakan setengah. Gelas kuserahkan padamu. Kau minum sedikit, gelas kau letakkan di sebelah gelas berkopi. Kembali kau menatapku.

"Mas! Nunik mau nanya?"

"Apa?"

"Tapi, Mas jangan marah!"

"Hah!"

"Mas Janji?"

"Gak mau!"

"Ya udah! Lain kali aja!"

"Eh? Mas gak akan marah. Tapi gak mau janji!"

Kau tundukkan wajahmu. Bersandar di bangkumu. Tak lagi menatapku. Aku diam. Menikmati rokokku juga berfikir ulang. Menduga bakal tanyamu.

"Mau tanya apa?"

"Gak jadi!"

"Ya udah!"

Kualihkan wajahku ke halaman. Kau kenal nada itu. Dua tanganmu memegang lengan kiriku. Aku terkejut segera menatapmu. Kau tersenyum.

"Nik, mau beli balon! Tapi sudah malam. Gak ada yang jual!"


Kuledakkan tawa mendengar ucapanmu. Kalimat "beli balon" itu milikku. Selalu berhasil hadapi rajukmu. Kali ini, keluar dari mulutmu untukku. Kuacak masai kepalamu. Kau berusaha menahan tawa. Dua tanganmu sibuk merapikan jilbabmu.

#Nik

#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #BorntoFight #ThereisaWay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun