Sejak tinggalkan pantai maghrib tadi. Kau tetap diam ikuti aku. Tak lagi ada beningmu. Aku tahu, bukan mataair matamu lakukan itu tapi rasamu. Tanganmu wakili itu. Erat kau cengkram lengan dan bersandar di bahuku. Hingga harus kau lepas, saat turun dari angkot putih. Di jalan Cendrawasih.
KEMBALI KE ARTIKEL