Kuhentikan angkot, persis di pintu masuk Terminal Andalas. Aku turun, Membayar ongkos. Kau di sisiku. Berjalan memasuki terminal. Bis Habeco, jurusan Padang-Painan sudah menunggu. Aku berbelok menuju penjual buah. Lenganku kau tahan. Kau gelengkan kepala. Aku menatapmu.
"Gak jadi?"
"Gak!"
"Lah?"
"Kan Mas bilang. Kalau salah niat, jangan!"
Aku tertawa. Segera menuju bis. Calon penumpang sepi. Kuminta kau menunggu di sebelah bis. Aku pergi bicara dengan agen. Tak lama, kembali kau kutemui.
"Penumpang sepi!"
"Jadi?"
"Tunggu satu jam lagi!"
"Oh!"
"Nik mau nunggu di dalam bis. Atau..."
"Disini aja! Di bis panas!"
"Cari tempat duduk, yuk?"
"Kemana?"
"Sudah sarapan? Ke Bofet, mau?"
"Udah! Mas mau sarapan?"
Begitulah! Komunikasi selalu alot, jika urusan perut. Kutarik pelan tanganmu. Enggan, kau ikuti. Berjalan di sisiku menuju bofet. Dari jauh, Ibu pemilik bofet sudah lambaikan tangan. Aku tertawa. Kau tersenyum. Bertukar sapa dan salam.
"Sehat, Bu?"
"Hamdallah. Mau kemana?"
"Kampung Amak!"
"Ajak Nunik?"
"Iya!"
"Hah? Kapan nikahnya? Kenapa Ibu tidak..."
"Belum! Do'akan, Bu!"
"Amiin..."
Ibu pemilik bofet tengadahkan tangan. Menyapu kedua tangan ke wajahnya. Aku tertawa. Duet jari tangan kirimu, mengecil di pinggangku. Aku meringis. Kuraih kantong plastik di tanganmu yang berisi agar. Kau terkejut. Kuabaikan. Kuserahkan pada pemilik bofet.
"Boleh titip di kulkas, Bu? Berangkat satu jam lagi!"
"Boleh! Tapi Ini apa?"
"Itu sogokan!"
"Hah?"
"Agar-agar! Buatan Nunik untuk Amak Gaek! Khawatir cair..."
"Bagus! Itu baru namanya menantu teladan!"
"Bisa pesan jus jeruk hangat, Bu? Satu aja!"
"Siaaap!"
Aku menuju meja kosong. Segera duduk. Kau ikuti. Sejak tadi, kau hanya diam. Aku tahu wajahmu memerah tadi. Tak lama, segelas jus jeruk sudah ada di meja. Diantar pelayan bofet. Aku tersenyum, geserkan gelas ke hadapmu. Kuhidupkan rokokku. Kau menatapku.
"Jus jeruk? Cuma satu?"
"Buat Nunik! Biar gak mabuk!"
"Mas gak minum?"
"Jangan dihabisin!"
"Haha..."
"Kalau disini. Mau apapun. Gak kan mau dibayar!"
"Oh! Tapi Mas sudah rencanakan?"
"Apa?"
"Duduk di sini?"
"Cuaca panas! Kan, mesti nunggu satu jam? Agar-agar buatan Nunik, bakal hancur!"
"Iya..."
"Enakan dititip disini! Biar..."
"Apa?"
"Gratis!"
"Haha..."
"Tadinya. Mau minta batu es. Kalau Nik gak mau diajak kesini!"
"Haha..."
Tawamu tak lama. Segera lenyap. Kau pasang wajah serius sambil menatapku.
"Mas! Kenapa Ibu itu, tadi menanyakan tentang nikah?"
"Anggap aja doa! Kan, Mas bilang belum?"
"Iya. Tapi, kenapa itu ditanyakan?"
"Dikira ibu itu, kita pergi Manjalang!"
"Hah! Manjalang?"
"Iya! Nik pernah dengar?"
Aku tersenyum. Kau gelengkan kepala tapi menunggu. Raut wajahmu. Ingin tahu.
#Nik
#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #Borntofight