"Nik mau menunggu. Tapi, Nunik ingin tahu kabarmu. Kalau memang kita..."
"Jangan nangis,Nik!"
Terlambat. Tak dapat kucegah. Bening itu, keluar dari persembunyiannya. Mengalir, menyusuri lekuk wajahmu. Hening. Kau biarkan aku melihat beningmu. Kau ingin aku tahu, rasamu padaku. Aku bangkit. Berdiri dari dudukku. Kau terkejut, segera menatapku.
"Aku beli rokok dulu!"
Aku beranjak, Meninggalkanmu. Berjalan keluar pagar, menyeberangi jalan menuju warung. Kurasa, kau butuh waktu untuk menenangkan hatimu. Dan aku, tak tahu cara menghadapi tangismu. Aku ingat ucapan Pipinx, dan itu terbukti. Selalu ada tangismu, untukku. Saat kau dan aku bertemu.
Aku kembali, kau menatapku. Sejak aku memasuki pagar, hingga duduk kembali di sisimu. Kuambil sebatang rokok. Kunyalakan dan kuhirup pelan. Aku tersenyum. Tak lagi ada bening itu di sudut matamu.
"Minggu pagi. Aku jemput!"
"Hah!"
"Mau?"
"Kemana?"
"Belum tahu..."
