"Nanti Ayah pulang ke rumah!"
tak lagi bicara. ayah berjalan pelan menuju dapur. aku berdiri dalam diam. tak lama. kau keluar dari pintu dapur. tak bicara. kau bereskan dua gelas kosong di lantai. sedikit lama. kau hadir lagi temuiku. yang masih berdiri diam. diikuti mamak di belakangmu. dua pasang mata menatapku.
"Yuk! Pulang, Mas!"
mamak mendahului. lewati pintu. turuni tiga anak tangga. sedikit berteriak. pamit pada ayah. kau tersenyum menatapku. anggukkan kepala. kuraih bungkus rokokku. bergegas ikuti mamak. kau dibelakangku.
gerimis mulai turun. mamak sudah jauh di depan. kau ikuti langkahku. pematang sawah mulai licin. tepat di titik perhentian saat datang tadi. kurasakan dari belakang. tanganmu menyentuh lenganku. aku berhenti. tak segera berbalik. aku menatap mamak. yang bergerak cepat. lalui pematang. memilih jalur berbeda. dan menghilang di rindang pepohonan.
kau bergerak mendahuluiku. tapi berhenti tepat dihadapku. kupandang rumah sawah. kulihat ayah. berjalan memutari rumah. kualihkan mataku padamu.
"Nik! Ayah..."
"Masukkan ayam sama itik ke kandang!"
"Maksud Mas..."
"Gerimis! Mas gak bawa baju ganti, kan?"
"Gak! Mas gak nginap!"
"Haha..."
kau tertawa. tak lagi bicara. kau berjalan pelan. meniti pematang. ikuti jalur mamak. kuikuti langkahmu.
"Berhenti dulu!"
"Mau hujan!"
"Nik!"
tak sadar. nada gusar keluar dari mulutku. kau hentikan langkahmu. berbalik kehadapku. tak ada raut cemas seperti biasa di wajahmu. jika nadaku begitu. kau diam menunggu. butir gerimis mulai membesar saat jatuh di jilbabmu.
"Mas tak akan pulang, Nik!"