Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Nik | "Get Married" [9]

12 Januari 2019   05:30 Diperbarui: 6 Agustus 2019   09:57 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sore itu. lewati jam liima. suasana ruang duduk rumah sawah mulai cair. hanya ada aku dan ayah. tak lagi kudengar suara aktifitas di dapur. dan tak pula kulihat mamak. kau pun tak kunjung bergabung. kusimpan tanya tentang itu padamu.

sejak tadi. kusimak dan kudengar berbagai kisah ayah. sejak muda. merantau. menjadi guru. hingga mengisi masa pensiun sebagai petani. sesekali aku bertanya dan ditanya. tentang politik, organisasi masyarakat. hingga diskusi kecil. perbedaan penetapan idul fithri. kuikuti arus waktu berlalu.

dari jendela. kulihat mendung. udara mulai terasa dingin. kopi di gelas bersisa sedikit. beberapa saat. seisi ruang tersaji hening. kunikmati rokokku. ayah pun begitu. kukira waktuku untuk bicara. kuangkat wajahku. mata ayah menatap lurus mataku.

"Dimana kenal Nunik?"
"Di MTs, Yah!"
"Oh!"
"Terpisah saat tamat. Bertemu lagi waktu..."
"Mau hujan!"

ucapanku terhenti. ayah tak menatapku. tapi melihat langit di ujung jendela. perlahan mata tenang itu. menatapku.

"Pulanglah!"

hanya satu kalimat singkat. dengan nada tenang. menikam jantungku. sejak dulu. kulalui alur waktu. agar bisa temui sosok dihadap dudukku. tanpa sempat kuujarkan maksud. kalimat itu hadir untukku. dalam hati kuulangi kalimat pendek itu. kubalas tatapan ayah.

"Aku tak..."
"Ajak Mamak dan Nunik! Nanti keburu hujan..."

nada itu tak berubah. masih tenang. fikiranku berkecamuk amuk. semampuku. kutata emosi. sibuk memilih dan memutuskan. tindakan yang harus kulakukan.

"Maaf, Yah! Aku datang hari ini. Meminta izin. Jika Aku dan... "
"Ayah sudah tahu!"

tak ada senyuman. tak ada nada tekanan. pun tak bisa kutafsirkan. tiga kata itu meluncur lugas dan tegas. tetiba ayah berdiri. tapi diam menatapku. naluriku bergerak cepat. ayah menunggu. akupun berdiri dihadapan ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun