Dari Mas Iwan, 17.29:
 "Dik, kayaknya mas bakal pulang malam deh. Soalnya ada klien mendadak. Maaf ya, jangan takut di rumah sendirian. Banyakin ngaji, ya."
Sella menatap layar itu lama. Senyumnya perlahan memudar, digantikan oleh rasa kesal dan sedikit kecewa. Nafsu makannya lenyap begitu saja.
"Selalu saja begitu..." gumamnya lirih. Ia menatap jendela dapur yang mulai gelap. Langit magrib menggantung di luar, dan rasa takut perlahan merayap --- ia tak suka sendirian saat waktu itu tiba.
***
Suara langkah kaki terdengar dari arah lorong. Rara segera menutup berkas dan mengembalikan tampilan komputer seperti semula, jantungnya berdegup cepat. Tak lama kemudian, Pak Supri muncul dari kamar mandi sambil mengelap tangannya dengan tisu.
"Pak, ini sudah saya koreksi," ucap Rara cepat, mencoba terlihat tenang.
"Oh iya, terima kasih ya, Rara," jawab Pak Supri sambil tersenyum.
"Iya, Pak... tapi saya mau tanya sesuatu, boleh?"
"Boleh, mau tanya apa, Mbak?"
"Apa Bapak tahu tentang Mr. Choir?" tanya Rara pelan, nada suaranya penuh rasa ingin tahu.
Pak Supri mengangguk. "Iya, tentu. Kalau Mbaknya belum tahu, Mr. Choir itu bukan hanya dosen, tapi juga CEO dari perusahaan brand terkenal. Cuma, nama perusahaannya saya agak lupa..."