Salah satu film yang telah menerima banyak sambutan positif berjudul The Zone of Interest  akhirnya tayang di Indonesia.
The Zone of Interest adalah film drama sejarah berbahasa Jerman yang disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Jonathan Glazer (Birth, Under the Skin). Filmnya sendiri diadaptasi dari buku dengan judul yang sama karya Martin Amis. Film ini dibintangi oleh Christian Friedel dan Sandra Huller.
Sinopsis
Seorang komandan Nazi di Auschwitz, Rudolf Hoss (Christian Friedel) beserta istrinya Hedwig Hoss (Sandra Huller) dan anak-anaknya berusaha membangun kehidupan yang mereka impikan dengan tinggal di sebuah rumah indah yang bersebelahan dengan kamp konsentrasi Auschwitz.
Review
Ketika membaca sinopsis filmnya saja, saya langsung teringat dengan film dengan tema serupa berjudul The Boy in the Striped Pyjamas (2008). Namun ketika saya menonton filmnya, ternyata film ini dikemas dengan cara yang berbeda.
Sejak awal kita diajak melihat kehidupan keluarga Hoss dalam menjalani hari-hari seperti keluarga pada umunya. Seperti bertamasya, bercanda tawa atau bermain-main disekitar rumah pada hari yang cerah. Meski menampilkan adegan-adegan ceria, entah mengapa kita sebagai penonton justru tidak ikut merasakan keceriaan mereka, karena memang filmnya dibuat dengan nuansa gelap.
Sangat sedikit sekali kita menemukan adegan yang diambil secara close up karena memang kebanyakan adegan-adegan dalam filmnya diambil dari jarak yang sedikit jauh. Adegan-adegannya juga diambil dengan background sebuah rumah yang bersebelahan langsung dengan kamp konsentrasi Nazi di Auschwitz sekitar tahun 1940-an. Penggunaaan kamera night vision dalam beberapa adegan filmnya juga menjadi sebuah langkah untuk membuat film ini unik.
Berbeda dengan film-film holocaust yang lain seperti Schindler's List (1993) atau The Pianist (2002), yang dimana adegan pembantaian di tampilkan secara gamblang dan sadis. Dalam film ini adegan-adegan pembantaian sama sekali tidak ditampilkan namun hanya digambarkan oleh suara-suara korban dari dalam kamp konsentrasi yang terdengar hingga ke dalam rumah keluarga Hoss.
Dengan alur yang terkesan lambat, film berdurasi 105 menit ini akan terasa lama, apalagi dengan dialog yang minim dan banyak mengandung metafora, film ini membuat beberapa orang mungkin akan merasakan bosan dan mengantuk, apalagi bagi yang tidak mengerti sama sekali soal kamp Auschwitz.