Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Hipnoterapis (praktisi mental), penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Kejernihan dalam berpikir bermula dari emosi positif dalam diri.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Benarkah Rasa Empati Manusia Sudah Menghilang?

20 April 2025   11:24 Diperbarui: 20 April 2025   16:32 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber. exhausted-caucasian-businesswoman-lay-down-on/shutterstock.

Nurani yang Terkalahkan

Akal lebih dominan daripada nurani, keberanian menghilang karena alasan yang hanya mereka yang mengetahuinya. Hanya berani melihat kerusakan tanpa berani bersaksi, rasa empati itu sudah hilang. Lebih memikirkan diri sendiri dan mengamankan diri sendiri. Miris sekali.

Diibaratkan satu lidi tidak berfungsi, tetapi bila lidi dikumpulkan menjadi sebuah sapu tentunya berguna untuk membersihkan halaman. Bila orang-orang yang memiliki empati berkumpul menjadi satu tentunya kerusakan bisa diminimalisir. Tetapi sayangnya, keberanian itu menghilang karena terlalu banyaknya manipulator yang beredar di luar sana.

Jangankan membantu negara perang, ada yang perang di dalam sebuah keluarga saja tidak dilerai, tetapi dibiarkan dengan alasan itu rumah tangga mereka, hingga terjadi pembunuhan di dalam rumah tersebut. Berempati pada tempatnya, peduli kepada yang bukan urusannya tetapi yang mengancam nyawa tidak dipedulikan.

Sering kita mendengar berita, seorang istri dianiaya oleh suami yang memiliki tekanan hidup yang kuat dan menjadikan istri sebagai objek penderita. Dipukuli sampai babak belur, anak-anaknya menjadi korban dan memiliki trauma karena melihat kekerasan di depan matanya. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bukanlah sebuah hiburan atau tontonan bagi orang lain yang ada di dekatnya, tetapi ulurkan tangan, beri bantuan, masalah penjelasan menyusul setelah korban diamankan.

Peringatan bukan hanya untuk para istri tetapi juga seorang suami, mereka harus mengingat ada anak yang lahir ke dunia karena mereka. Pembelajaran bukan hanya ditujukan bagi perempuan saja, tetapi juga bagi laki-laki sebagai kepala rumah tangga. Ego yang kita miliki ini yang membuat segala yang indah menjadi rusak.

Menikah ada konsekuensi yang harus diterima. Pernikahan isinya tanggung jawab yang harus dipikul bersama, lagi-lagi ilmu tidak hanya berhenti di bangku sekolah tetapi sepanjang hidup kita belajar mengenai kehidupan. Menikah bukan sekedar memiliki pasangan dan keturunan, tetapi bagaimana kita membawa diri berdampingan dan mengarahkan masa depan bersama pasangan hidup dan anak-anak kita.   

Penyebab Apati dan Jera Berbuat Kebaikan 

Apati berarti tidak peduli, tidak ada perasaan, tidak berminat. Menurut survey yang saya lakukan, kehilangan minat kepada pasangan disebabkan oleh verbal dan penampilan dan menyakiti melalui sikap dan tingkah lakunya. Cantik dan ketampanan bukan utama, tetapi sikap, tutur kata, penampilan dan perilaku menyebabkan kebosanan terjadi.

Kehilangan minat menjadi tidak peduli dan mati rasa. Kekerasan semakin meningkat dan pada akhirnya membuat masalah semakin bertambah. Jika sepasang manusia memiliki empati satu dan lainnya, tentu tidak akan terjadi hal seperti ini, kebiasaan pasangan memverbalkan sesuatu dengan kasar dan tidak berprikemanusiaan membuat pasangan menjadi hilang rasa sehingga bisa saja terjadi perselingkuhan. Pasangan tidak lagi mempedulikan penampilannya dan hanya menuntut pasangannya untuk sempurna, kejenuhan ini yang membuat manusia mengalami apati dalam rumah tangganya.

Demikian pula dengan perbuatan baik, jera memberikan kebaikan, banyak manusia yang menyalahgunakan kebaikan orang lain. Orang yang apati cenderung tidak ingin melakukan pergerakan apapun, merasa trauma dan kehilangan minat apapun untuk dirinya dan orang lain. Sampah berserakan ia tidak peduli, ada orang yang membutuhkan pertolongan ia tidak peduli, memilih duduk diam sebagai penonton saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun