Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Auditori, Si Kalem yang Terkesan Sinis

2 Mei 2021   08:40 Diperbarui: 2 Mei 2021   08:43 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terdapat ciri khas orang auditori, bila membaca tidak berurutan, kalau tidak dimulai dari bawah, tengah atau dari halaman yang mereka sukai terlebih dahulu dan selebihnya ia tinggalkan. Dan bacaan itu cenderung disuarakan agar mereka dapat mengingat pesan dari bacaan tersebut. Mereka mudah jenuh dengan bacaan yang tidak banyak kalimat persuasif di dalamnya.

Mereka senang dengan suasana yang tenang, damai dan tidak ada suara hingar-bingar, senang menyendiri atau tidak suka dengan keramaian. Tempat yang paling mereka senangi adalah pegunungan, bukan pantai dengan suara ombak yang bergemuruh. Dan bila berbicarapun tersusun, terkesan pelan dan berirama.

Dan keunikan dari orang auditori seperti yang disebutkan di atas, bila berbicara memiringkan kepala seperti orang yang sedang telpon. Kalau berbicara dengan orang lain seperti melihat pembicara dari sudut matanya, karena kepalanya miring sebelah. Mengapa miring sebelah?, mereka menggunakan telinganya sebagai alat sensor untuk menyerap pembicaraan tersebut.

Kecerdasan dan Cara Belajar Auditori

Tipe kecerdasan ini meliputi kecerdasan musikal dan kecerdasan linguistik dalam berbicara. Linguistik terbagi dua kemampuan yaitu kosa kata dalam berbicara dan kosa kata dalam menulis, mereka juga memiliki kecerdasan naturalis, mereka lebih senang dengan alam yang terdapat suara tenang dan meneduhkan. Dan orang auditori senang sekali mendengar suara kicauan burung dan suara air hujan, suara gemercik air di sungai kecil.

Kecerdasan orang auditori ini bila di asah dan dikembangkan dapat menjadikan ia sebagai pembicara atau pembawa acara. Seperti mentor atau guru, trainer, presenter, musisi, penyanyi, pendakwah, dan berbagai hal yang berhubungan dengan berbicara dan pendengarannya. 

Gaya belajar mereka dengan memejamkan mata atau mengalihkan pandangan dari pembicara dengan hanya memasang telinga saja maka itu cara efektif untuk menyerap pembicaraan atau dapat memperdengarkan musik dengan suara kecil agar mereka lebih santai dalam belajar.

Mood mereka dimulai dari musik yang tenang, musik yang sangat mereka sukai terutama pagi hari. Musik di pagi hari seperti pengantar mereka kepada kebahagiaan menuju siang dan sore harinya. Menciptakan mood mereka dari suara-suara yang tenang dan tidak mengagetkan.

Terkadang kita sering salah paham dengan tipe orang auditori yang terkesan acuh dengan sekeliling. Seolah tidak mendengarkan pembicaraan dari lawan bicara, menutup diri atau sombong tidak mau bergaul, dan sebagainya. Mereka hanyalah seorang auditori yang sangat mengandalkan pendengaran, bukan tidak ingin tapi itu pembawaan alamiahnya.

Bila dipaksakan ketempat ramai tidak akan berlangsung lama karena telinga mereka yang peka sangat terganggu dengan suara yang ramai dan hiruk pikuk. Biasanya orang tipe ini jarang berlama-lama di mall, tempat bermain anak-anak, dan pasar. Mereka senang berada ditempat yang sunyi dan tenang yang jauh dari keramaian, tempat tersebut merupakan energi booster bagi mereka.

Keunikan tipe-tipe manusia menurut kecerdasan yang bersumber dari susunan otaknya tersebut terkadang membuat kita salah sangka dan menduga. Dapat menimbulkan berbagai persepsi dan asumsi. Akibatnya dapat mengucilkan orang tersebut dari lingkungannya.

***

Artikel terkait : Kinestetik, Si Cekatan yang Mudah Empati (penulis. Zairiyah Kaoy, CH, CHt)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun