Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kata Maaf adalah Obat Jiwa

12 April 2021   07:55 Diperbarui: 12 April 2021   07:58 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kecerdasan emosional ini adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelolah dan mengontrol emosi dirinya dan orang di sekitarnya. Kecerdasan ini mengacu kepada perasaan terhadap informasi. Kecerdasan emosional ini lebih penting dari IQ karena akan memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang.

Seseorang yang berhenti pada titik ini sangat baik, karena mampu menata emosinya terhadap apapun, sering dikatakan sabar menjalani apapun. Namun sabar itu bukanlah diartikan dalam diam, tapi menjalani proses apapun selalu tenang dan tidak menimbulkan perilaku demonstratif. Pembawaannya tenang dan terjaga seluruh panca indera.

Ketika EQ sudah dimiliki biasanya IQ mengikuti. Saat manusia mampu mengendalikan dirinya, saat itu dia sudah dikatakan cerdas dalam mengelolah diri sehingga perilaku yang tampak akan sabar dan tenang. Tidak mudah terprovokasi dan mengambil keputusan yang seenaknya, semua sudah diolah dengan IQ dan EQ nya. Sering kita mendengar kalimat "orang hebat adalah orang yang bisa mengalahkan dirinya sendiri" mengalahkan emosinya sendiri.

Spiritual Quotient (SQ)

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa. Dimana manusia mampu mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan dan menerapkan nilai-nilai positif pada dirinya dan orang lain. Kecerdasan ini mampu mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalan. Mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit dan mengambil pelajaran dari setiap persoalan.

Orang yang berada di titik ini akan mampu melihat visi dan misi hidup, mandiri, mengerti makna hidup dan fleksibel dalam menyikapi persoalan tanpa mengeluh. Karena berisi kesadaran terhadap penciptaan dan diri sendiri. Mampu menyesuaikan diri di lingkungannya dan menguasai jiwanya sendiri.

Ketika manusia sudah berada disini, IQ dan EQ cenderung mengikuti. Bila masih tidak mampu menguasai emosi dan mudah tersinggung namun taat beribadah maka hakikatnya belum berada di SQ, masih dalam proses menuju SQ. di titik inilah manusia mudah sekali meminta maaf bila melakukan kesalahan, tidak selalu menunjuk orang lain yang salah.

Orang-orang yang memiliki SQ sangat peka dengan jiwa orang lain. Cenderung menjaga tutur kata dan sikap. Tidak berani untuk melukai orang lain, karena ketika ia melukai orang lain maka hatinya akan sedih dan menangis, jiwanya berbicara kepadanya.

Menurut ilmu neuroscience, ketika otak mendengar kata maaf maka neuron otak akan mengendor dan relax. Tidak mengeluarkan synapse yang intens seperti sebelumnya. Membuat tubuh menjadi lebih tenang, sehat dan tentunya berdampak kepada fisik dan psikis manusia.

Para psikopat ringan hingga berat berasal dari orang-orang yang terabaikan dan memiliki dendam yang sangat besar. Membalas perbuatan dengan kekejian yang sangat luar biasa, melampiaskan kepada orang yang tidak berdaya. Trauma (para psikopat) yang tidak dapat ditolerir disebabkan memiliki EQ dan SQ yang sangat rendah.

Tanpa kita sadari kita telah menciptakan para psikopat karena perilaku kita. Terutama dalam keluarga kita sendiri yang mungkin kita menganggap mencubit, memukul dan membandingkan anak adalah hal yang biasa. Namun sebenarnya disitulah awal petaka yang akan terjadi dikemudian hari. Orang-orang yang trauma dimulai dari masa dalam kandungan dan innerchildnya (masa kanak-kanak).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun