Mad Honey yang berada di jantung Himalaya, Nepal, tersembunyi tradisi kuno yang memadukan keberanian, spiritualitas, dan warisan budaya: perburuan madu "gila" atau Mad Honey. Para pemburu madu dari suku Gurung dan Magar mempertaruhkan nyawa untuk memanen madu langka dari tebing-tebing terjal, sebuah praktik yang telah berlangsung selama ribuan tahun.
Warisan Budaya dan Spiritual yang Melekat
Perburuan madu di Nepal bukan sekadar kegiatan ekonomi, melainkan ritual budaya yang mendalam. Tradisi ini melibatkan serangkaian upacara dan persembahan untuk memohon perlindungan dan berkah dari dewa-dewa lokal. Praktik ini mencerminkan hubungan erat antara masyarakat adat dengan kepercayaan spiritual mereka.
Nepal memiliki keunikan karena menjadi satu-satunya negara di dunia tempat madu diproduksi pada ketinggian 70 hingga 4.200 meter di atas permukaan laut. Keragaman iklim dan kekayaan flora memungkinkan keberadaan lima spesies lebah madu, termasuk empat spesies asli---Apis laboriosa, Apis dorsata, Apis florea, dan Apis cerana---serta satu spesies eksotik, Apis mellifera (lebah madu Eropa).
Proses Perburuan Penuh Risiko yang Diwariskan Turun-Temurun
Perburuan madu melibatkan serangkaian tahapan yang rumit dan berbahaya:
 1. Persiapan: Pemburu madu berpengalaman memilih lokasi sarang lebah raksasa Himalaya (Apis laboriosa), mengumpulkan peralatan tradisional seperti tangga bambu, tali, dan keranjang, serta melakukan ritual permohonan.
 2. Pendakian: Dengan menggunakan tangga bambu atau pijakan yang diukir di tebing, mereka memanjat tebing curam. Tali pengaman dipasang sebagai penopang jika terjadi insiden.
 3. Pencarian Sarang: Setelah mencapai ketinggian tertentu, mereka mencari sarang lebah berdasarkan perilaku lebah dan petunjuk visual.
 4. Pemanenan Madu: Asap dari pembakaran daun kering atau rumput digunakan untuk menenangkan lebah. Madu diambil menggunakan tongkat panjang, dan sarang madu dikumpulkan ke dalam keranjang.
 5. Penurunan Tebing: Setelah panen, mereka turun dengan hati-hati menggunakan tali dan tangga yang sama.
 6. Penyimpanan dan Perayaan: Madu disimpan dalam wadah tradisional seperti pot tanah liat atau tabung bambu, dan panen dirayakan dengan pesta dan cerita pengalaman.
Daya Tarik Wisata dan Tanggung Jawab yang Menyertainya
Bagi wisatawan yang tertarik, pengalaman perburuan madu dapat diakses melalui:
 1. Tur Terpandu: Banyak perusahaan tur, seperti Nepal Vision Trek, menawarkan ekspedisi terpandu ke lokasi perburuan madu dengan fokus pada pariwisata bertanggung jawab.
 2. Kunjungan ke Desa Pemburu Madu: Desa-desa terpencil di sekitar Annapurna Circuit atau Ghorepani Poon Hill menawarkan pengalaman homestay dan interaksi langsung dengan budaya lokal.
 3. Partisipasi dalam Acara Budaya: Beberapa desa mengadakan program budaya dan festival yang menampilkan demonstrasi perburuan madu.
 4. Interaksi dengan Komunitas Lokal: Berinteraksi dengan suku Gurung, Magar, atau suku adat lainnya untuk mempelajari lebih dalam tentang tradisi ini.
Pengenalan lebah madu Eropa (Apis mellifera) membawa tantangan baru, termasuk penyebaran hama dan penyakit, persaingan sumber daya, serta kebutuhan akan teknik pengelolaan sarang yang berbeda.
Pariwisata bertanggung jawab menjadi kunci untuk melestarikan tradisi ini. Nepal Vision Trek menekankan pentingnya menghormati lingkungan, satwa liar, dan adat istiadat lokal.
Madu Mahal dengan Efek Halusinogen yang Kontroversial
Madu yang dihasilkan, dikenal sebagai Mad Honey, memiliki efek halusinogen karena kandungan grayanotoxin dari nektar bunga Rhododendron ponticum.
Madu ini dihargai tinggi, mencapai 360-1.000 dolar AS per kilogram, bahkan di Nepal mencapai Rp7,1 juta per kilogram, dan dilarang di beberapa negara karena efeknya.
Madu ini hanya dipanen dua minggu setahun. Rasanya pahit, berbeda dari madu biasa. Efeknya fisiologis dan euforia. Dosis rendah menyebabkan pusing dan halusinasi, dosis tinggi menyebabkan delusi, muntah, dan kejang.
Penelitian Krisha Pant dalam Journal of Agriculture and Environment grayanotoxins menunjukkan grayanotoxin berpotensi menurunkan tekanan darah dan menstabilkan gula darah. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan. Pemerintah Nepal perlu mengatur peredaran Mad Honey untuk melindungi konsumen dan keberlanjutan lebah.
Youtuber Turki, Ruhi Cenet, dan timnya melakukan riset langsung di Nepal, mendokumentasikan proses panen yang berbahaya. Mereka juga mencoba madu ini, mengalami pusing, panas, kemudian kedinginan, dan mati rasa.
Praktik pengumpulan Mad Honey telah berlangsung selama ribuan tahun, diwariskan secara turun-temurun. Penggunaan madu dengan efek psikoaktif ini juga tercatat dalam sejarah kuno di wilayah Laut Hitam.
Ahli kesehatan menjelaskan bahwa efek psikoaktif Mad Honey disebabkan oleh kandungan grayanotoxin, senyawa neurotoksin dari nektar bunga Rhododendron. Konsumsi berlebihan berisiko menyebabkan masalah jantung, tekanan darah rendah, dan kematian.
FAQ
 1. Mengapa Mad Honey sangat mahal? Karena kelangkaan, risiko panen, dan efeknya yang unik.
 2. Apakah madu ini memiliki efek samping? Ya, dalam dosis tinggi dapat menyebabkan masalah jantung, tekanan darah rendah, dan kematian.
 3. Bagaimana menjaga ekosistem selama panen? Dengan praktik berkelanjutan dan menghormati siklus alam.
 4. Apakah perburuan madu aman? Sangat berisiko, membutuhkan keahlian dan persiapan matang.
 5. Apa yang diharapkan peserta tur? Pengalaman budaya mendalam dan petualangan ekstrem.
 6. Apa yang harus dibawa? Pakaian yang sesuai, perlengkapan trekking, dan rasa hormat terhadap budaya lokal.
Referensi:
 1. National Geographic: Nepal's Hallucinogenic Honey Hunters
 2. BBC Travel: The dangerous hunt for Nepal's 'mad honey'
 3.Journal of Agriculture and Environment grayanotoxins: Krisha Pant
 4. Video Ruhi Cenet di Youtube
 5. Informasi dari Nepal Vision Treks: Honey Hunting in Nepal: Everything you need to know.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI