Di tengah hiruk-pikuk Kota Serang, Banten, berdiri megah sebuah pasar yang tak pernah sepi, menjadi denyut nadi perekonomian daerah - Pasar Induk Rau. Lebih dari sekadar tempat bertransaksi, pasar ini adalah saksi bisu sejarah panjang, transformasi sosial, dan denyut kehidupan masyarakat Serang, Banten.
Dari Pasar Tradisional Hingga Pusat Perdagangan Modern
Pasar Induk Rau tidak muncul begitu saja. Ia tumbuh dari akar sebuah pasar tradisional yang telah lama berdenyut di Kota Serang. Sama seperti pasar-pasar tradisional lainnya, Pasar Rau menjadi pusat kegiatan perdagangan masyarakat setempat, tempat di mana kebutuhan sehari-hari dan hasil bumi bertukar tangan. Awalnya, pasar ini hanyalah bangunan sederhana dengan fasilitas yang terbatas, namun semangatnya sebagai pusat interaksi dan perdagangan tak pernah surut.
Sisi Lain Pasar Induk Rau : Dari Cerita Warung Kopi Emperan Toko
1982: Tonggak Transformasi
Tahun 1982 menjadi tonggak penting dalam sejarah Pasar Rau. Pemerintah Kabupaten Serang mengambil langkah visioner dengan membuka Pasar Rau di atas lahan seluas 5,7 hektar. Langkah ini tidak hanya memperluas area pasar, tetapi juga mengubah statusnya menjadi pasar induk. Ribuan pedagang dari berbagai penjuru, seperti Cilegon, Pandeglang, Rangkasbitung, Tangerang, dan lainnya, berbondong-bondong memadati pasar ini, menjadikannya pusat perdagangan yang ramai dan dinamis.
Modernisasi dan Rau Trade Center (RTC)
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan akan fasilitas yang lebih modern dan nyaman semakin mendesak. Pada tahun 2002, Pasar Rau mengalami transformasi besar-besaran. Pemerintah daerah bekerja sama dengan pihak swasta untuk membangun Rau Trade Center (RTC), sebuah kompleks pasar modern yang terdiri dari tiga lantai. Pengembangan ini tidak hanya meningkatkan fasilitas pasar, tetapi juga menata pedagang dengan lebih teratur, memberikan kenyamanan bagi pengunjung, dan meningkatkan daya saing pasar.
Peresmian oleh Presiden Megawati Soekarnoputri