Dia masih mencintainya. Bertahun-tahun telah berlalu, tapi hatinya tetap terikat pada satu nama, satu wajah, satu kenangan. Dunia memisahkan mereka, keadaan menjauhkan mereka, tapi perasaannya tak pernah berubah.
Setiap wanita yang ia lihat, seakan wajah mereka perlahan berubah menjadi wajahnya---wanita yang dulu ia genggam dalam impian dan harapan. Namun, takdir berkata lain. Mereka terpisah tanpa salam perpisahan, tanpa janji untuk kembali.
Ia tak tahu di mana wanita itu kini, dengan siapa dia berbagi hari-harinya, apakah dia bahagia, ataukah dia juga menyimpan rindu yang sama. Tapi ia tak pernah berhenti mencintainya, dalam diam, dalam kesepian, dalam waktu yang terus berjalan tanpa memberi jawaban.
Waktu terus berlalu, tapi bayangannya tak pernah pudar. Setiap sudut kota menyimpan jejak kenangan mereka. Ada tempat-tempat yang dulu mereka kunjungi bersama, ada lagu-lagu yang dulu mereka dengarkan berdua---semuanya masih melekat di hatinya.
Ia mencoba melanjutkan hidup, mencoba tersenyum di hadapan dunia. Namun, di dalam dirinya, ada sesuatu yang tak bisa hilang. Setiap malam, dalam kesunyian, ia bertanya pada takdir: Apakah dia juga masih mengingatku? Apakah dia juga menyimpan rindu ini?
Hingga suatu hari, tanpa sengaja, ia menemukan sebuah foto lama di antara tumpukan barang yang hampir terlupakan. Foto pantai dengan matahari terbenam, ia tersenyum , namun matanya berkaca. Jemarinya gemetar saat menyentuhnya, seakan bisa merasakan kembali kehangatan saat itu. Ia menghela napas panjang, menatap langit yang sama seperti dulu, dan berbisik dalam hati: Aku masih di sini... masih mencintaimu.
Namun, takdir tetap diam, membiarkan waktu menjadi satu-satunya saksi dari cinta yang tak pernah mati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI