Mohon tunggu...
Zahra Amalia
Zahra Amalia Mohon Tunggu... 24107030040

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bukan FOMO Tapi JOMO

13 Juni 2025   22:58 Diperbarui: 13 Juni 2025   22:06 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut ini adalah artikel tentang JOMO (Joy of Missing Out) dengan gaya bahasa kekinian, sopan, dan mudah dipahami, cocok untuk diposting di Kompasiana. Jumlah kata lebih dari 700.

---

Di era serba digital seperti sekarang, siapa sih yang nggak pernah kena FOMO (Fear of Missing Out)? Scroll timeline, lihat teman-teman lagi healing ke Bali, staycation di hotel aesthetic, atau sekadar ngopi di kafe hits semua bikin kita mikir, "Kok aku nggak di sana juga, ya?"

Tapi ternyata, ada lho konsep yang justru sebaliknya: JOMO alias Joy of Missing Out. Sebuah mindset yang ngajak kita buat nggak panik ketinggalan tren, malah menikmati momen dengan tenang dan sadar. Bukan karena anti-sosial atau malas update, tapi lebih ke memilih kualitas hidup yang mindful.

Apa Itu JOMO? JOMO adalah kepuasan atau kebahagiaan karena kita tidak ikut dalam suatu kegiatan sosial atau tren tertentu. Kalau FOMO bikin kita takut ketinggalan info, acara, atau hype terbaru, JOMO justru ngajak kita buat berdamai dengan ketidakhadiran dan menikmati momen kita sendiri.

Misalnya, saat semua orang rame-rame bahas konser artis K-Pop, kamu santai aja di rumah sambil nonton drama atau baca buku. Nggak iri, nggak ngerasa kurang --- karena kamu tahu apa yang kamu lakukan itu juga bikin kamu bahagia.

Hidup sekarang tuh bising banget. Bukan cuma suara klakson atau notifikasi HP, tapi juga tuntutan buat selalu *eksis*. Rasanya harus selalu kelihatan keren, sibuk, produktif, dan tentu saja *ikut tren*. Padahal nggak semua orang sanggup dan nggak semua orang nyaman.

JOMO muncul sebagai "penyeimbang" dari gaya hidup serba cepat. Ini tentang memilih slow life, menikmati waktu tanpa tekanan sosial, dan sadar bahwa kita nggak harus ikut semua hal biar dianggap gaul atau update.

Berikut beberapa alasan kenapa embracing JOMO itu penting:

Terus-terusan ngejar validasi dari like dan comment bisa bikin capek hati. JOMO ngajarin kita buat menikmati apa yang kita punya, tanpa membandingkan dengan orang lain. Ini penting banget buat kesehatan mental.

Tanpa distraksi sosial media atau keharusan nongkrong demi konten, kita jadi bisa lebih fokus sama hal-hal penting. Bisa kerja lebih efisien, belajar lebih dalam, atau sekadar menikmati me time yang berkualitas.

Dengan JOMO, kita lebih milih hubungan yang berkualitas daripada kuantitas. Nggak perlu punya 1000 mutualan kalau 3 teman deket aja udah cukup bikin kita merasa dimengerti.

Nggak semua orang sadar mereka udah mengalami JOMO. Tapi kalau kamu ngerasa beberapa hal ini relate banget, bisa jadi kamu udah masuk tim JOMO nih:

1. Kamu nggak ngerasa ketinggalan walau nggak update IG story seminggu.

2. Lebih suka nongkrong sama teman yang nyambung daripada ikut party yang isinya cuma saling update outfit.

3. Nggak panik kalau nggak bisa ikut acara viral.

4. Merasa lebih damai pas bisa quality time.

Buat kamu yang masih sering terjebak FOMO tapi pengin belajar hidup lebih damai, ini beberapa tips buat mulai embrace JOMO : 

1. Coba atur waktu penggunaan sosial media. Misalnya, cuma buka Instagram di jam tertentu. Dengan begitu, kamu nggak terus-terusan terpancing buat bandingin hidupmu sama orang lain.

2. Coba luangkan waktu buat sadar penuh atas apa yang kamu kerjakan. Entah itu saat makan, jalan kaki, atau sekadar duduk diam. Rasakan dan syukuri momen itu.

3. Yakinlah bahwa kebahagiaan bukan tentang "ada di mana" atau "sama siapa", tapi "apa yang kamu rasakan saat ini". Kamu berhak bahagia walau nggak ikut arus.

4. Bukan yang bikin kamu kelihatan keren di medsos, tapi yang benar-benar bikin kamu tenang dan nyaman. Bisa nulis, ngopi sendiri, berkebun, atau apa pun yang kamu suka.

Mengadopsi JOMO bukan berarti kamu jadi anti-sosial atau ketinggalan zaman. Justru, kamu sedang memilih buat nggak semua hal harus diikuti, dan itu bentuk keberanian yang jarang dimiliki banyak orang.

Di tengah dunia yang ribut banget sama "harus ini harus itu", JOMO itu semacam napas lega. Tanda kalau kita udah nggak gampang goyah sama standar orang lain, dan mulai menemukan versi bahagia kita sendiri.

Jadi, kalau minggu ini kamu nggak bisa ikutan buka bareng komunitas, nggak sempat ikut tren #OOTD, atau milih tidur cepat daripada scroll TikTok santai aja. Mungkin kamu udah satu langkah lebih dekat ke hidup yang lebih damai.

Selamat menikmati momenmu, tanpa tekanan. Selamat datang di dunia JOMO.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun