Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerindra PKB Senang, Prabowo Cak Imin Bisa Menang

25 Agustus 2022   08:57 Diperbarui: 25 Agustus 2022   09:52 1923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Cak Imin, Foto Via Kompas TV

Demikian pula Anies. Ada dua kendaraan yang nampaknya bisa di sopiri oleh Anies dan berangkat menuju KPU untuk daftar Pilpres. Yaitu lewat koalisi Nasdem PDIP atau KIB. Cuma Anies perlu usaha keras. Anies harus bergerak aktif. Lakukan lobi-lobi ke para petingi partai-partai tersebut. Kalau hanya sekedar mengandalkan retorika dan berharap "dipanggil", saya rasa Anies tak akan dipercaya setir kendaraan sendiri.

Lalu bagaimana dengan Prabowo Cak Imin..? Kondisi yang dialami Ganjar Anies jelas tak terjadi kepada mereka. Pertemuan Puan Paloh justru berimplikasi sebaliknya. Seakan menjadi jalan terbuka. Terus terang, meskipun tak boleh lengah, jika tanpa Ganjar dan Anies, arah menuju kemenangan bagi Prabowo Cak Imin menjadi lebih lapang..

Jika mengacu pada berbagai hasil survei dan peta koalisi, nama-nama seperti Erlangga Hartarto, Zulkifli Hasan, Suharso Manoarfa dan Puan Maharani, semuanya kurang ngangkat. Levelnya jauh di bawah Prabowo. Hanya Anies saja yang relatif bisa menganggu Prabowo. Namun itupun masih teka-teki dan ada potensi tak ngangkat juga.

Teka-tekinya, bisakah Anies dapat kendaraan di PDIP Nasdem..? Kalaupun dapat, mesti dilihat dulu apakah sebagai orang pertama atau kedua. Jika hanya orang kedua, rasanya sulit juga. Sementara untuk menjadi yang pertama, harus melewati Puan. Ini pasti tak mungkin. Ganjar saja yang kader sendiri emoh dilirik oleh Ibu Megawati. Apalagi Anies.

Naah, perkembangan itulah yang saya maksud jika sebuah peristiwa membawa kesusahan bagi satu kelompok, kadang menjadi kegembiraan bagi yang lain. Dalam konteks ini, Gerindra PKB tentu senang terhadap hasil pertemuan Puan Paloh. Bukan hanya karena pesaing agak ringan seperti dimuka tadi. Tapi lebih dari itu, pasangan Prabowo Cak Imin memang layak untuk tidak dianggap enteng.

Prabowo orang yang sangat berpengalaman di pemerintahan. Sosoknya juga kuat dan telah terbukti mampu melewati berbagai jalan terjal. Baik semenjak baru lepas dari masa orde baru hingga kini dimasa reformasi. Sebagai tokoh parpol apalagi. Keberhasilannya terbukti di partai Gerindra. Yang meskipun bisa dikatakan "pecahan" dari Golkar dan baru seumur jagung, sukses meraih tiga besar dalam pemilu.

Cak Imin, yang merupakan calon pasangan Pak Prabowo, juga bukan politisi kaleng-kaleng. Saran saya, jangan anggap remeh Ketum PKB ini hanya karena surveinya tak sekuat capres lain. Ingat, nilai ketokohan seorang politisi tak bisa kalau hanya di ukur dari satu sisi. Ketangguhan menghadapi serangan "musuh" adalah sisi lainnya.

Pengalaman Cak Imin yang pernah di bom bardir berbagai persepsi, layak diperhitungkan. Seperti ketika dikatakan menelikung Gus Dur, di isukan korupsi dan hak-hal miring lainnya. Semua itu dapat dilewati dengan baik oleh sepupu Ning Yeni Wahid ini. Bahkan, secara faktual bom bardir itu tak mampu menjatuhkan Cak Imin sebagai Ketum PKB. Langkah-langkah politik Cak Imin juga punya nilai sangat strategis. Masuknya PKB menjadi partai besar sekarang ini, adalah buah karya hasil otak-atik taktik beliau.

Sederet fakta diatas cukup dijadikan penguat perbedaan potensi Cak Imin dibanding Ganjar atau Anies Baswedan. Secara elektabilitas, Cak Imin memang kalah. Namun secara presidential threshold, Gubernur Jateng dan DKI itu tak ada apa-apanya. Mengapa, karena meskipun keduanya punya elektabilitas tinggi, modal ini tak mampu membawa kemenangan dalam pilres. Kalau hanya sebagai figuran boleh lah.

Pak Prabowo mau gandeng Ganjar atau Anies tapi cuma pakai Gerindra, jangan harap menang pilpres 2024. Biar dah meskipun elektabilitasnya mencapai hingga 80 persen. Taruhan potong jari sekalipun, pasti tak mampu menjadikan Prabowo presiden. Mengapa, karena tak cukup "uang" buat beli tinta guna menulis nama Prabowo di kertas suara. Tapi menggandeng Cak Imin, meski kalah elektabilitas, kesempatan menang sangat terbuka lebar. Mengapa, karena PKB punya tambahan dana patungan dengan Gerindra untuk beli kendaraan dan berangkat ke KPU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun