Mohon tunggu...
Zuhdy Tafqihan
Zuhdy Tafqihan Mohon Tunggu... Tukang Cerita -

I was born in Ponorogo East Java, love blogging and friendship..\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Andai Aku Presiden RI Episode 62 –“Limousine”

12 Februari 2010   14:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:57 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Salah satu kolegaku adalah pemilik jaringan hotel internasional. Sudah beberapa kali sang bos hotel itu menawariku untuk memakai limousine miliknya untuk kupakai pelesiran. Tapi beberapa kali pula aku menolaknya.

”Mr. President. Kami amat bangga jika Anda pernah menaiki mobil kami itu. Kami anggap itu sebagai penghormatan buat kami..” katanya. ”Semua tamu negara penting, pengusaha kelas kakap, semua pernah naik limousine kami. Semuanya tak akan pernah lengkap tanpa pengalaman Anda berada di limousine kami..”

Tapi aku juga bingung. Ngapain naik limousine kalau nggak ada petualangannya. Nggak ada even yang bagus. Cuman bersandar di dalam mobil mewah, berdecak-decak kagum sendirian, mencoba fasilitas wow di dalamnya, melihat pemandangan keluar mobil sendirian juga. Sama sekali nggak asyik.

**

Tapi tawaran terakhir ini mungkin akan kuperhatikan. Jika aku mengajak Natalia.. wehehe.. betapa asyiknya. Dan tentu saja ada sesuatu yang menantang. Mungkin, aku akan mencoba-coba untuk nakal. Husss!! Jangan dibayangkan nakalnya aku seperti lelaki jahannam yang suka memperkosa itu. Aku tak akan seperti itu. Aku hanya akan mencoba memegang tangannya, kemudian berusaha merangkulnya, syukur-syukur ada ciuman untukku. Tapi itu kan hanya bayangan saja. Siapa tahu di dalam limousine.. semuanya bisa terjadi. Hehe.. Kamu penasaran, ya??

**

Bagi yang sudah mengenal Natalia, tentu mafhum maksudku. Memang dia tak akan seperti wanita yang amat mudah kurayu. Natalia berbeda. Ia tak hanya jual mahal, tapi ia tak mudah disentuh. Termasuk hatinya. Natalia bagai mutiara di tengah kerak bumi. Jika aku ingin meraihnya, maka aku harus menggali tanah yang amat dalam di belakang istana, menembus lapisan tanah liat, lapisan pasir, air tanah, magma yang panas.. dan mutiara itu ada di sana. Memang.. tak mudah mendapatkannya. Tapi jika aku sanggup menyentuhnya sedikiiiit saja. Wuih.. betapa indahnya.

Weitts!! Jangan diartikan kata ’menyentuh’ dengan seenaknya. Menyentuh sebuah mutiara di dalam kerak bumi tentu amat sulit. Paling-paling aku hanya bisa melihatnya, memperhatikannya, dan memimpikannya saja. Jika ternyata lebih dari itu, hehehe.. Mr. President gitu loh.. (Narsis mode ON)

**

”What can I do for you, Mr. President?” tanya Natalia serius.

Aku tersenyum saja.

“Zona bebas..” gumamku lirih.

Natalia tersenyum, duduk di depanku dan menatapku. Ia memang harus bersantai di zona bebas. Tak ada Mr. President di zona bebas.

”Adakah sesuatu yang penting? Hingga aku merasakan kamu begitu berharap aku ada disini?” tanyanya.

”Yups. Penting banget. Sepenting garam dalam semangkuk sayur lodeh..” jawabku tak kalah santai.

**

”Malam ini aku berharap kamu menemaniku pelesiran keliling Jakarta dengan limousine. Bagaimana menurutmu? Asyik, nggak?”

Natalia tak bisa menyembunyikan apapun dalam rona wajahnya. Aku selalu dapat membacanya.

”Pengawalku akan menjemputmu jam 10 malam nanti..” lanjutku.

Natalia menarik nafas panjang.

”Kencan nich??” tanyanya setengah mengejek tentunya.

”Yups. Aku harus jujur dengan pertanyaan model seperti itu..” jawabku asal. ”Save.. secure.. and will be private..”

“Tapi..”

“If you don’t mind..”

“Yo wis.. mau.. tapi..”

“Tapi apa??”

“Jangan macam-macam..”

Nah. Kamu tahu sendiri kan? Natalia sudah memasang kawat berduri. Terlihat dari ucapan terakhirnya itu.

**

Waktu dan rencana memang telah membelaku mati-matian.

”Silakan Mr. President. Silakan Nona..” si driver mempersilakan kami, tapi abang sopir jelas sekali tak tahu nama gadis cantik yang akan menemaniku.

”Natalia Debiova Bolsov..” kataku.

”Oh.. silakan Nona Natalia..” ulang si driver.

Wajah Natalia amat cerah, putih memerah dan aku tak mau menatapnya terlalu lama. Takut jantungku copot. Nona Bolsov memakai baju kombinasi putih dan hitam. Agak sedikit casual memang. Tapi nggak apa-apa. Kami memang tidak akan turun di red carpet pesta Grammy, kok.

Dan kami naik limousine itu. Wooohh.. kalau kuceritakan betapa mewah interior di dalamnya, dan betapa nyamannya kami ada di sana, pastilah admin tak mampu menampung tulisanku karena terlalu banyak yang harus kuceritakan.

Suara lembut musik menyapa kami di mobil berharga jutaan dolar ini. Mulai The Entertainer-nya si Joplin, hingga mendayu-dayunya sax Kenny G. Dari alunan My Heart Will Go On-nya Celine hingga My Valentine-nya Martina McBride. Pokoknya semua lagu yang kalau video klipnya kubuat, pasti adegannya cium-ciuman semuanya. Haduuh.. gimana ini..

**

Mula mula Natalia dan aku duduk dengan jarak agak jauh. Agak jauh?? Ya sekitar 50 cm. Dan jelas aku nggak nyaman kan jika keadaannya kayak gini. Yang ideal, jarak duduk antara aku dan Natalia kan.. sekitar 1 cm sajalah.. Haha.. siapa.. yang mentarget jarak kecuali presiden sinting macam aku.

”Kamu tahu nggak? Di samping kanan dan kiri kita ada malaikat yang mengikuti kita kemanapun kita pergi?” tanyaku bercanda pada Natalia.

”Yup. Aku tahu..” jawab Natalia sedikit antusias.

”Sepertinya.. kita harus memberi kesempatan mereka untuk duduk berjajar di kiri dan kanan..”

”Maksud kamu..??”

”Yaa biar dua dari mereka tidak duduk manyun antara aku dan kamu.. kan.. pasti mereka nggak nyaman tuh jadi obat nyamuk..”

Natalia berpikir sebentar.. agak tell me dia mendengar kalimat terakhirku.

”Heheh.. maksud kamu..”

”Iya.. ngapain sih kita nggak berdekatan di tengah aja..”

”Ya udah dech.. aku di sini..”

Kulihat Natalia mulai menengah. Dan aku tak mungkin melepaskan kesempatan ini. Aku juga menggeser tubuhku ke tengah. Hihihi..

**

”Mm.. boleh nggak aku lihat telapak tangan kamu, Natalia?” tanyaku sambil meliriknya.

”Eh.. ngapain?? Buat apa??”

”Kemarin aku dapat kiriman buku dari perpustakaan nasional. Isinya tentang garis tangan. Boleh dong aku lihat garis tangan kamu.. siapa tahu aku bisa menebak sesuatu..” aku mencoba mencari-cari alasan.

Natalia tersenyum saja.

”Nich..” ia menyodorkan tangannya.

Cihuuyyy..

Deg-degan. Dia kubohongi. Siapaaa yang dapat kiriman buku dari perpustakaan nasional. Siapaaa yang sudah baca tulisan tentang garis tangan. Apa yang kukatakan jelas Bull Shit semua. Dan tangan Natalia telah nangkring di tanganku. Hihi.. lembuuuttt bukan main.

**

”Dapat kabar apa aja dari garis tanganku?”

Natalia penasaran. Dan aku masih menikmati kelembutan tangannya. Heh.. terlalu vulgar bahasaku ya.. hehe.. menikmati..

”Yang pertama.. berdasarkan garis tangan kamu ini.. kalau kamu minum susu kebanyakan.. kamu bakal gendut.”

”Ember!!” Natalia mau tertawa tapi ia seperti menahannya. Malah itu yang lucu.

”Yang kedua nich.. kayaknya.. kamu harus istirahat dech.. kalau kecapekan. Sangat berpengaruh kepada kesehatan kamu, Natalia..”

”Semua orang juga begitu.. hahaha.. ngaco kamu..”

”Yang ketiga nich.. kayaknya.. kamu kalau mandi.. pasti telanjang ya..”

”Dasar!!! Memangnya.. kamu kalau mandi.. make jas sama dasi??”

Dan kami tertawa lepas.

**

Natalia masih nyaman ketika tangannya kupegangi. Sama sekali tak ada itikad ia menarik tangannya. Hihi.. dasar. Sebenarnya dia ingin berpegangan tangan pasti. Malu-malu tapi mau.

”Hey Natalia. Kenapa tangan kamu jadi keringetan gini.. kok ada keringat dinginnya sih. Hehe.. kamu deg-degan ya..” godaku sekali lagi.

”Ah.. enggak..” dia mengelak. Agak malu mungkin.

”Gak papa kok. Aku elap, ya..” aku mengambil sapu tanganku, dan mengelap tangannya itu. Aku berniat tak akan minta Jemangin mencuci sapu tanganku sebelum bau tangan Natalia yang wangi benar-benar lenyap.

Aku mencoba memegang tangan Natalia dengan posisi berbeda.

”Tangan kamu dingin Natalia. Perlu kehangatan. Jadi, harus ada tanganku yang menghangatkannya..”

Natalia diam saja. Dan aku masih memandangi garis tangannya.

”Ngapain sih diam aja??”

Aku tidak memperhatikan sekelilingku. Aku terhipnotis tangannya. Dan aku merasa Natalia mulai menarik tangannya. Aku melihat Natalia dan melihat ke arah jendela kaca limousine.

”Lho.. kok banyak orang diluar??? Lho.. limo ini sudah berhenti??”

**

Aku keluar dari limo. Dan ternyata, wartawan sudah banyak yang siap untuk menembakku memakai senjata AK 47.

“Mr. President.. ada acara apa ini?? Kok berduaan dengan mbak sekretaris..?”

”Mr. President.. nampaknya Anda agak gugup.. tidak seperti biasanya.. sebenarnya apa yang sudah terjadi di dalam limo??”

”Mr. President.. mengapa Anda tidak menghadiri acara amal di JCC?? Apa memang ada agenda lain? Dengan mbak sekretaris?”

**

”Mm.. Maaf mas wartawan. Saya baru saja menyusun rencana untuk mengadakan semacam rencana penyambutan terhadap rencana kedatangan presiden Amerika.. dengan sekpri saya.. Saudari Natalia..”

Aku amat sulit menyusun kata-kata. Barusan, terlalu banyak kata ’rencana’.

”Tapi.. mengapa di dalam limousine? Dan hanya berdua??”

”Ah.. tidak. Itu tidak betul. Kami banyak teman di dalam limo..”

Wartawan mulai mengintip ke dalam limo, dan aku segera menutup pintu limo. Memang banyak yang menemani kami. Empat malaikat, dan satu sopir yang duduk di depan. Banyak kan??

Maluuu!!! Presiden kok maunya pacaran aja. Dasar!!

[ salam mendekati valentine ]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun