Mohon tunggu...
Yayuk CJ
Yayuk CJ Mohon Tunggu... Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Peran Guru dalam Memotivasi Siswa yang Kurang Tersorot dalam Lomba dan Aktivitas Akademik

14 Oktober 2025   17:00 Diperbarui: 15 Oktober 2025   08:23 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by AI - Dokumen pribadi

Saya mencoba menggabungkan landasan teori motivasi, studi empiris, dan contoh strategi praktis agar guru mampu menjangkau siswa yang selama ini kurang “dipilih” dan memicu motivasi mereka.

Motivasi Belajar & Teori-Teori Pendukung

Sebelum masuk ke konteks lomba dan praktik guru, penting kita ulas kembali teori-teori motivasi belajar yang relevan:

  • Motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri siswa: rasa ingin tahu, minat, tantangan, kepuasan menguasai materi.
  • Motivasi ekstrinsik yang berasal dari faktor luar: penghargaan, pujian, lomba, pengakuan sosial.
  • Self-Determination Theory (Deci & Ryan),  motivasi intrinsik akan tumbuh jika terpenuhi kebutuhan kompetensi, otonomi, dan keterhubungan sosial (relatedness).
  • Expectancy-Value Theory, siswa akan termotivasi bila mereka percaya bisa berhasil (expectancy) dan nilai dari hasilnya dianggap penting (value).
  • Teori Achievement Motivation (McClelland), siswa dipacu oleh dorongan untuk mencapai sukses dan menghindari kegagalan.

Dalam konteks lomba, elemen kompetisi dan pengakuan bisa menjadi motivator ekstrinsik yang sangat kuat. Namun, bila hanya sekelompok siswa yang dipilih terus-menerus, motivasi bagi siswa yang tidak terpilih bisa melemah, mereka merasa bahwa usaha mereka tak dilihat, bahwa peluang sudah ditentukan di luar kontrol mereka.

Studi Kasus: Seleksi “Siswa Unggulan” dan Dampaknya

Pola Praktik di Sekolah

Dalam banyak sekolah, guru atau panitia lomba cenderung memilih siswa yang sudah memiliki reputasi: nilai tinggi, ikut banyak ekstrakurikuler, atau dikenali aktif di kelas. Alasan yang sering digunakan:

  1. Efisiensi, guru merasa waktu dan sumber daya terbatas, sehingga memilih siswa yang “pasti bisa”.
  2. Risiko minim, lomba dianggap representasi sekolah; bila siswa gagal, nama sekolah bisa disorot negatif.
  3. Kebiasaan lama, tradisi memilih “siswa langganan lomba” secara turun temurun.
  4. Kurangnya pemetaan potensi, guru belum mengenal potensi tersembunyi siswa yang sering tidak menonjolkan diri.

Akibat pola ini bisa bermacam:

  • Siswa yang tidak terpilih kehilangan motivasi untuk berprestasi atau mencoba hal baru.
  • Rasa ketidakadilan muncul di kalangan siswa: “Kenapa A selalu dipilih, padahal aku juga pintar?”
  • Kesenjangan prestasi makin besar: siswa unggulan terus berkembang, sedangkan yang kurang tersorot makin tertinggal.
  • Guru kehilangan kesempatan untuk mengungkap potensi tersembunyi di kelas.

Dampak Motivasi

Bila siswa merasa tidak dilibatkan atau tidak diberi kesempatan berkompetisi, motivasi ekstrinsik (melalui pengakuan) bisa melemah. Jika guru tidak menggantinya dengan motivasi intrinsik, tantangan, relevansi, otonomi, maka siswa bisa menjadi pasif.

Misalnya, siswa yang tidak pernah diberi kesempatan ikut lomba akan cenderung berpikir: “Apa usahaku cukup diakui?” atau “Saya tidak penting.” Akibatnya mereka mungkin enggan bertanya, enggan aktif, atau berpendapat rendah diri.

Peran Guru dalam Memotivasi Siswa yang Kurang Tersorot

Agar pendidikan lebih adil dan semua siswa termotivasi, guru perlu memainkan peran aktif dan reflektif. Berikut beberapa peran dan strategi:

1. Pemetaan Potensi dan Identifikasi Lebih Awal

Guru perlu menyadari bahwa potensi siswa tidak selalu terlihat lewat nilai. Beberapa siswa unggul di kreativitas, logika, argumentasi lisan, atau ketekunan meski lambat. Dengan melakukan observasi, tes minat, atau tugas terbuka, guru bisa mengidentifikasi siswa yang selama ini tersembunyi.

2. Pemberian Kesempatan Rotasi Lomba / Wakil

Daripada selalu memilih kelompok yang sama, guru bisa menerapkan sistem rotasi atau seleksi internal yang adil: misalnya kompetisi kecil di kelas untuk menentukan wakil, atau membagi wakil kelas secara bergiliran. Ini memberi kesempatan pada siswa lain untuk belajar dan tampil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun