Mohon tunggu...
Yayuk CJ
Yayuk CJ Mohon Tunggu... Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Belajar Bijak di Dunia Maya lewat Film Cyberbullying

1 September 2025   11:30 Diperbarui: 2 September 2025   22:09 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yel-yel "Cyberbullying No Way!" bersama murid - Dokumentasi Humas Sekolah


Pada era digital, media sosial bagaikan pisau bermata dua. Ia bisa menjadi ruang untuk mengekspresikan diri, belajar, dan menjalin persahabatan. Namun, di sisi lain, ia juga dapat berubah menjadi arena yang kejam ketika digunakan untuk merundung, menyebar fitnah, bahkan menghancurkan kehidupan seseorang.

Fenomena inilah yang diangkat dalam film Cyberbullying, sebuah kisah reflektif yang tidak hanya menyuguhkan drama keluarga dan pertemanan, tetapi juga menggugah kesadaran kita tentang pentingnya kebijaksanaan di dunia maya. 

Film yang diproduksi oleh DL Entertainment yang syutingnya dimulai awal April 2025 lalu. Seluruh proses produksinya dilakukan di Makassar, Sulawesi Selatan dengan arahan Rusmin Nuryadin selaku sutradara.

Film bertajuk Cyberbullying ini merupakan film ketiga dari DL Entertainment setelah merilis Pulang Tak Harus Rumah dan Keluar Main. Film ini akan mengangkat kisah perundungan digital yang dialami remaja di sekolah dan menekankan pentingnya pendidikan karakter yang menyoroti perjalanan seorang remaja bernama Neira.

Adegan ketika Neira melihat Cia temannya jatuh dan videonya viral namun berisi fakta yang sebaliknya - Source @cyberbullyingfilm
Adegan ketika Neira melihat Cia temannya jatuh dan videonya viral namun berisi fakta yang sebaliknya - Source @cyberbullyingfilm

Hidup Neira yang semula berjalan normal berubah drastis ketika ia menjadi korban perundungan di media sosial. Video yang menuduhnya dengan fitnah viral dengan cepat, mengundang cibiran, olok-olok, bahkan isolasi sosial. Beban mental yang menumpuk akhirnya membuat Neira mengalami depresi. Kehidupannya seakan runtuh, keluarganya terguncang, dan ia kehilangan rasa percaya diri.

Namun, film ini tidak berhenti pada sisi kelam saja. Dari titik terendah hidup Neira, penonton diajak melihat bagaimana dukungan keluarga, sahabat, dan cara menggunakan teknologi secara bijak dapat menjadi kunci pemulihan.

Dalam resensi ini, mari kita telusuri bagaimana Cyberbullying menggambarkan luka digital sekaligus menyalakan harapan baru.

Luka yang Membekas

Neira digambarkan sebagai sosok remaja yang rapuh setelah dihantam badai komentar negatif dan ejekan di dunia maya. Ia bukan hanya dihina, tetapi juga diperlakukan sebagai bahan tontonan oleh orang-orang yang tidak mengenalnya secara pribadi. Depresi yang dialaminya bukan sekadar kesedihan sesaat, melainkan kondisi serius yang membuatnya enggan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Ketika harus pindah sekolah demi menghindari tekanan yang semakin kuat, Neira tinggal bersama kakeknya, H. Mansyur, dan tantenya, Rani. Kehadiran keluarga ini penting, karena mereka tidak hanya menjadi tempat berlindung, tetapi juga bagian dari proses pemulihannya. Film ini dengan jeli menyoroti bagaimana lingkungan keluarga dapat berperan sebagai pelindung sekaligus penyembuh bagi korban perundungan.

Salah satu adegan ketika Neira menghapus akunnya karena sudah sangat menggangu mentalnya karena cyberbullying - Source: IG @cyberbullyingfilm
Salah satu adegan ketika Neira menghapus akunnya karena sudah sangat menggangu mentalnya karena cyberbullying - Source: IG @cyberbullyingfilm

Bayangan Masa Lalu: Tante Rani dan Mama Neira

Menariknya, film ini tidak menyederhanakan konflik hanya pada korban dan pelaku. Tantenya, Rani, ternyata juga menyimpan luka masa lalu terkait hubungan dengan mama Neira. Sebagai seorang guru les spelling bee, Rani pernah merasakan kekecewaan mendalam akibat perlakuan mama Neira yang kurang menghargai dirinya. Luka lama itu membuat Rani menghadapi dilema ketika harus mendampingi Neira.

Ketegangan emosional antara kenangan pahit masa lalu dan tanggung jawab masa kini memberi warna tersendiri dalam narasi. Penonton diajak melihat bahwa proses penyembuhan tidak selalu mudah. Kadang, dukungan hadir dari orang-orang yang juga pernah terluka. Namun, justru di situlah makna pengampunan dan rekonsiliasi terbangun. Rani akhirnya memilih untuk hadir bagi keponakannya, meski hatinya pernah disakiti.

Suasana nobar film Cyberbullying bersama murid - Dokumentasi Humas Sekolah
Suasana nobar film Cyberbullying bersama murid - Dokumentasi Humas Sekolah

Pendekar Bocil dan Peran Jiro

Di tengah kegelapan cerita, film ini menghadirkan nuansa ringan sekaligus penuh makna lewat tokoh Jiro, adik Neira yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Jiro, bersama tiga temannya, membentuk grup yang mereka sebut Pendekar Bocil. Dengan kepolosan sekaligus kecerdikan khas anak-anak, mereka berusaha melawan ketidakadilan yang dialami kakaknya.

Pendekar Bocil menggunakan teknologi dengan cara yang kreatif: mereka berhasil menghentikan akun sosial media teman yang suka memalak di sekolah, bahkan mencari cara untuk menghapus video fitnah yang viral tentang Neira. Kehadiran Jiro dan kelompoknya menjadi simbol bahwa teknologi bukan semata-mata sumber masalah, tetapi juga bisa dipakai untuk menegakkan kebaikan.

Pesan sederhana namun kuat ini membuat film Cyberbullying relevan untuk semua kalangan, khususnya generasi muda yang sehari-hari bersentuhan dengan gadget.

Pesan Moral: Bijak Menggunakan Dunia Maya

Film Cyberbullying tidak hanya bercerita, tetapi juga mengajak penonton untuk berefleksi. Pesan moral yang muncul sangat jelas: dunia maya harus diperlakukan dengan bijak. Apa yang kita tulis, bagikan, dan komentari memiliki dampak nyata bagi kehidupan orang lain. Satu komentar kasar bisa meninggalkan luka dalam, sementara satu dukungan tulus bisa menjadi cahaya penyembuhan.

Selain itu, film ini mengingatkan bahwa peran keluarga sangat penting dalam mendampingi anak menghadapi masalah digital. Orang tua, kakek-nenek, bahkan saudara kandung dapat menjadi support system yang membantu korban bangkit kembali. Di sisi lain, generasi muda juga diajak untuk kritis dan kreatif dalam menghadapi tantangan digital.

Yel-yel
Yel-yel "Cyberbullying No Way!" bersama murid - Dokumentasi Humas Sekolah

Dari Luka Menjadi Harapan

Mengapa film ini penting untuk ditonton? Karena fenomena cyberbullying bukan lagi hal asing. Banyak kasus nyata menunjukkan bagaimana anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa terjebak dalam depresi akibat perundungan digital. Indonesia sendiri tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat penggunaan media sosial tertinggi di dunia, sehingga risiko perundungan maya semakin besar.

Melalui kisah Neira, penonton dapat melihat cerminan kehidupan nyata. Ada luka yang nyata, ada keluarga yang terluka, tetapi ada pula harapan untuk bangkit. Film ini seakan menjadi pengingat bahwa setiap individu punya tanggung jawab etis saat berselancar di dunia digital.

Cyberbullying berhasil mengemas isu sosial yang serius dengan sentuhan drama keluarga yang menyentuh hati. Kisah Neira dan keluarganya bukan hanya cerita fiksi, tetapi gambaran nyata yang mungkin dialami banyak orang. Dari luka digital yang menyakitkan, lahirlah perjalanan menuju pemulihan, harapan, dan kebijaksanaan.

Bagi penonton, film ini menjadi ajakan untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan teknologi. Belajar bijak di dunia maya berarti memahami dampak dari setiap kata dan tindakan kita. Sama seperti Jiro dan Pendekar Bocil yang menunjukkan keberanian di usia dini, kita pun diajak untuk menjadi pendekar kebaikan di dunia digital.

Dengan demikian, Cyberbullying bukan hanya film yang layak ditonton, tetapi juga menjadi cermin dan pelajaran hidup. Bahwa dari luka, kita bisa menemukan jalan menuju harapan.

Cyberbullying, No Way! (Yy).

#sebuah catatan nobar Film "Cyberbullying" - Sabtu, 30 Agustus 2025 @Matos Cinepolis

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun