Mohon tunggu...
Yayuk CJ
Yayuk CJ Mohon Tunggu... Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Wendit: Mitos, Sejarah, dan Nafas Baru Sumber Mata Air Sejak Abad X

28 Mei 2025   00:30 Diperbarui: 10 Juni 2025   11:46 6355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungai Wendit 1900-1940 - Dok. Tropenmuseum 

Di antara rimbunnya pepohonan dan suara riuh monyet-monyet lucu, tempat wisata Wendit menyimpan kisah panjang tentang semedi pendeta, istirahat raja, kolonialisme, perjuangan kemerdekaan, hingga wajah baru pariwisata masa kini. 

Tempat ini bukan sekadar kolam pemandian, melainkan simpul sejarah dan budaya Malang Raya yang terus bernyawa.

Legenda Wandito Menjadi Wendit

Warga sekitar biasa menyebutnya Mendit, namun secara administratif dikenal sebagai Wendit, sebuah nama yang diyakini berasal dari kata “Wandito” seorang pendeta yang kerap bertapa di kawasan ini hingga keluar sumber mata air.

Monyet-monyet di Wendit yang diyakini sebagai penjaga sumber mata air - Foto: wearemania.net
Monyet-monyet di Wendit yang diyakini sebagai penjaga sumber mata air - Foto: wearemania.net

Wendit terletak di dusun Lowoksuruh, desa Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, tempat strategis, sekitar 8 kilometer dari pusat Kota Malang. Kawasan ini muncul akibat pergeseran alam Gunung Widodaren yang menciptakan sebuah cekungan subur yang kemudian menjadi mata air alami.

Menurut kepercayaan air kolam sumber ini mempunyai khasiat membuat wajah awet muda. Masyarakat Suku Tengger juga mengambil air di "sumber air Mbah Kabul" ini dan dibawa pulang dengan kepercayaan yang sama seperti di Pulau Sempu untuk kesembuhan dan kesehatan.

Tampak monyet di sekitar kolam Wendit 1924 - Dok. KITLV
Tampak monyet di sekitar kolam Wendit 1924 - Dok. KITLV

Bagi masyarakat Suku Tengger, air di sumber ini sama dengan "Air Widodaren" dari Gunung Bromo yang merembes ke Wendit.

Mata air Wendit berasal dari empat gunung: Gunung Bromo, Gunung Semeru, Gunung Kawi, dan Gunung Arjuno dan dianggap sakral sejak masa lampau.

Wendit dalam lukisan 1890-1930 - Dok. Tropenmuseum 
Wendit dalam lukisan 1890-1930 - Dok. Tropenmuseum 

Airnya jernih, sejuk, dan dipercaya membawa berkah kesehatan. Bahkan menurut masyarakat, keberadaan monyet-monyet yang menjadi ikon di kawasan Wendit bukanlah hal biasa, kawanan inu diyakini sebagai utusan Kerajaan dari Tengger, penjaga sumber air kehidupan Wendit.

Masa Kerajaan dan Kolonial: 

Wendit telah menjadi tempat istimewa sejak masa Majapahit. Dikisahkan, Raja Hayam Wuruk menjadikan tempat ini sebagai persinggahan dan tempat beristirahat di dekat sebuah sumber alami yang masih bisa dijumpai hingga kini. 

Sungai Wendit 1900-1940 - Dok. Tropenmuseum 
Sungai Wendit 1900-1940 - Dok. Tropenmuseum 

Sumber air tersebut kini menjadi ikon utama Wendit, berdampingan dengan kolam buatan yang dibangun kemudian untuk keperluan wisata.

Pada masa kolonial Belanda, Wendit berubah rupa menjadi “Badplaats Wendit”, tempat peristirahatan elite yang dilengkapi penginapan, pemandian air sejuk, bahkan lapangan tenis yang dikelilingi pinus dan pohon jati. 

Keindahan panorama alam Wendit menginspirasi Pemerintah Hindia Belanda untuk mengembangkan kawasan ini menjadi tempat peristirahatan dan pemandian, lengkap dengan lapangan tenis serta deretan pepohonan rindang yang membuatnya menyerupai hutan kecil. 

Wisatawan Belanda berwisata perahu di Wendit 1910 - Tropenmuseum 
Wisatawan Belanda berwisata perahu di Wendit 1910 - Tropenmuseum 

Setiap akhir pekan, para pekerja Belanda di onderneming atau perkebunan kerap mengajak keluarga mereka berlibur ke Wendit untuk menikmati udara segar dan pemandangan yang menyejukkan.

Iklan lama di surat kabar “Pewarta Soerabaia” tahun 1920-an menyebut Wendit sebagai tempat ideal untuk menikmati hawa segar dan sajian kuliner Belanda-Tionghoa. Tempat ini menjadi tempat favorit keluarga Belanda pada masa itu.

Anak-anak Belanda bermain dengan monyet di Wendit 1907-1931 - Dok. Tropenmuseum
Anak-anak Belanda bermain dengan monyet di Wendit 1907-1931 - Dok. Tropenmuseum

Masa Perang dan Perjuangan

Keindahan Wendit tak selalu lekat dengan kedamaian. Ketika Jepang menjajah Indonesia pada 1942, kawasan ini rusak parah. Pasca kemerdekaan, Wendit justru menjadi basis pertahanan para pejuang kemerdekaan hingga tahun 1960. Pada dekade 1960–1970, Wendit dikelola oleh veteran perang dan mulai kembali difungsikan sebagai tempat rekreasi rakyat.

Pengunjung Wendit saat Lebaran Tahun 1935 - Dok. Nesville Keasberry. Rijksmuseum 
Pengunjung Wendit saat Lebaran Tahun 1935 - Dok. Nesville Keasberry. Rijksmuseum 

Pada 1975, Wendit bertransformasi menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di bawah pengelolaan Perusahaan Daerah Jasa Yasa. Namun baru pada 1980, Wendit benar-benar kembali difungsikan sebagai destinasi wisata oleh Pemerintah Kabupaten Malang.

Wendit selalu menggelar acara yang khas setiap bulan Syawal dengan mendatangkan artis-artis Ibukota ketika liburan lebaran mulai tanggal 1-11 Syawal atau dari Hari Lebaran sampai perayaan Ketupat Lebaran. Pada hari-hari tersebut banyak pengunjung atau wisatawan yang datang.

Modernisasi dan Jatuh Bangun

Memasuki abad ke-21, Wendit kembali disegarkan. Pemerintah Kabupaten Malang melakukan revitalisasi besar-besaran pada 2006–2008 dan meluncurkan “Wendit Waterpark” pada 11 Mei 2008. Wajah Wendit tampil lebih modern, dengan wahana air, seluncuran, dan taman bermain yang menarik keluarga dan para pelajar.

Wendit Waterpark - Foto: IG @wendit_waterpark
Wendit Waterpark - Foto: IG @wendit_waterpark

Badai kembali datang. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada 2020 turut melumpuhkan sektor pariwisata, termasuk Wendit. Pengunjung merosot drastis, fasilitas terbengkalai, dan mitos Wendit nyaris tenggelam dalam sunyi.

“New Wisata Wendit by Nicole” Sebuah Napas Baru

Tahun 2025 menandai babak baru Wendit. Pemerintah Kabupaten Malang berkolaborasi dengan pihak swasta merevitalisasi kembali kawasan seluas 9 hektar ini dengan pendekatan kekinian, namun tetap mempertahankan nilai sejarah dan kearifan lokal. 

Suasana liburan lebaran 2025 - Dok. nuansajatim.com
Suasana liburan lebaran 2025 - Dok. nuansajatim.com

Dengan menyandang nama "New Wisata Wendit by Nicole”, Wendit hadir dengan sentuhan baru hadir dalam bentuk fasilitas modern yang nyaman, wahana bermain yang rapi, serta pelestarian ikon lama seperti kolam alami dan monyet-monyet penjaga.

Wendit dibuka dengan wajah baru dan dibuka kembali untuk umum pada Selasa, 28 Januari 2025. Jam operasional pukul 08.00 - 17.00 WIB. HTM cukup terjangkau yakni Rp 35.000,- pada hari biasa (week day) dan Rp 40.000,- pada akhir pekan (week end)atau hari libur.

Wendit - Foto: pikiran-rakyat.com
Wendit - Foto: pikiran-rakyat.com

Wendit bukan semata tempat untuk wisata mandi, tapi menjadi ruang budaya yang hidup. Di sinilah legenda “Wandito”, jejak Hayam Wuruk, semangat perjuangan, dan modernitas bersatu dalam satu tapak tanah.

Menjaga Mata Air, Merawat Ingatan

Wendit bukan hanya tentang air, pohon, atau monyet. Ia adalah cermin dinamika sosial, budaya, dan sejarah masyarakat Malang Raya. Dari zaman kerajaan, kolonial, kemerdekaan, hingga era digital, Wendit telah melalui jatuh bangun yang membentuk identitasnya hari ini.

Wendit Waterpark 2021 - Dok. Fera
Wendit Waterpark 2021 - Dok. Fera

Ketika Anda menyusuri jalan ke arah Mangliawan dan mencelupkan kaki ke air sejuk Wendit, ingatlah bahwa Anda sedang menapak jejak panjang ratusan tahun yang lalu. 

Sebuah tempat yang dulu dijaga oleh raja, dikunjungi pendeta, diperjuangkan oleh pejuang, dan kini, dijaga oleh kita semua. 

Sebentar lagi liburan sekolah, yuk main air di Wendit. "Wendit is Back!" Salam Lestari! (Yy).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun