Mohon tunggu...
Yayuk CJ
Yayuk CJ Mohon Tunggu... Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menguak Kisah Bangku Kenangan Tonko Oosterhuis di Alun-Alun Tugu Malang

21 Mei 2025   01:00 Diperbarui: 22 Mei 2025   00:27 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga batu kenangan Bapak Tonko Oosterhuis - Dok. Tjahjana Indra Kusuma 

Data tawanan Jepang tentang Tonko Oosterhuis - Dok. Nationaalarchief.nl
Data tawanan Jepang tentang Tonko Oosterhuis - Dok. Nationaalarchief.nl

Perjuangan bertahan hidup pun dimulai. Dari satu rumah ke rumah lain mereka berpindah, menjual harta benda demi menyambung hidup. Sonja lahir di Jalan Halmahera, lalu mereka tinggal di Welirangstraat 43, kemudian ke Lowokwaroe 44, sebuah garasi kecil di dekat Hotel Savana (sekarang). Hingga akhirnya, bersama tiga keluarga Indo-Eropa lain, mereka menyewa rumah di Jalan Arjuno 28.

Keluarga Tonko Oosterhuis ketika berkunjung ke Malang - Dok. Tjahjana Indra Kusuma 
Keluarga Tonko Oosterhuis ketika berkunjung ke Malang - Dok. Tjahjana Indra Kusuma 

Kehilangan di Masa Pendudukan Jepang 

Di rumah Arjuno inilah tragedi menimpa. Johan, anak sulung mereka, bersama tiga temannya ditangkap oleh Kenpetai karena diduga memancarkan sinyal ke pesawat Sekutu saat jam malam. Mereka dituduh sebagai mata-mata atau spion hingga kemudian mereka dimasukkan dalam penjara Lowokwaru.

Johan dan temannya, Piet Hoogeyraad, akhirnya meninggal di penjara. Johan diketahui meninggal karena menderita penyakit beri-beri akibat malnutrisi. Sementara dua lainnya, Van Haugel dan Simon Rietema, selamat hingga Jepang menyerah.

Peristiwa-peristiwa ini terekam kuat dalam ingatan Wim kecil. Di usia senjanya, ia masih bisa mengisahkan kisah keluarga mereka dengan runtut dan penuh emosi. Wim juga meninggalkan catatan dalam tulisan tangan data nama-nama keluarga dan orang-orang Indo Belanda dan Eropa yang bersama keluarganya saat itu.

Catatan Wim Oosterhuis - Dok. Tjahjana Indra Kusuma 
Catatan Wim Oosterhuis - Dok. Tjahjana Indra Kusuma 

Hijrah ke Belanda dan Warisan Ingatan

Setelah Jepang menyerah pada 1945, keluarga Oosterhuis berpindah ke Jalan Cerme 2. Namun suasana politik yang kian panas jelang Agresi Militer Belanda I membuat mereka diprioritaskan untuk hijrah ke Belanda. Tonko telah gugur sebagai tentara KNIL, dan keluarga besar di Belanda menyatakan kesediaan menampung.

Perjalanan panjang pun dimulai: dari Malang ke Solo, lalu ke Semarang dan Batavia. Mereka tinggal dua minggu di kamp internir Cideng, dilanjutkan ke Bandung selama tiga bulan. Hingga akhirnya, pada 2 September 1946, mereka berlayar dari Tanjung Priok dengan kapal uap “Kota Baroe”, dan tiba di Rotterdam 2 Oktober 1946.

Posisi sebelum revitalisasi, tepat di satu titik sumbu imajiner Malang: Balaikota, Tugu, Idenburgstraat, dan G. Arjuno - Dok. Tjahjana Indra Kusuma 
Posisi sebelum revitalisasi, tepat di satu titik sumbu imajiner Malang: Balaikota, Tugu, Idenburgstraat, dan G. Arjuno - Dok. Tjahjana Indra Kusuma 

Kehidupan baru mereka mulai di kota pertanian Meeden, sebelum kemudian menetap di Heerenveen. Istri Tonko, Aletta Toepa wafat di sana pada tahun 1973.

Bangku Kenangan dan Pertemuan Hangat

Setelah puluhan tahun berlalu, tahun 1978–1979 keluarga besar Oosterhuis kembali menginjakkan kaki di Indonesia. Meski banyak hal telah berubah, Malang dan Timor tetap menjadi rumah dalam kenangan mereka, tanah tumpah darah ibu dan tempat terakhir sebelum kepergian panjang ke Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun