Perjuangan bertahan hidup pun dimulai. Dari satu rumah ke rumah lain mereka berpindah, menjual harta benda demi menyambung hidup. Sonja lahir di Jalan Halmahera, lalu mereka tinggal di Welirangstraat 43, kemudian ke Lowokwaroe 44, sebuah garasi kecil di dekat Hotel Savana (sekarang). Hingga akhirnya, bersama tiga keluarga Indo-Eropa lain, mereka menyewa rumah di Jalan Arjuno 28.
Kehilangan di Masa Pendudukan Jepang
Di rumah Arjuno inilah tragedi menimpa. Johan, anak sulung mereka, bersama tiga temannya ditangkap oleh Kenpetai karena diduga memancarkan sinyal ke pesawat Sekutu saat jam malam. Mereka dituduh sebagai mata-mata atau spion hingga kemudian mereka dimasukkan dalam penjara Lowokwaru.
Johan dan temannya, Piet Hoogeyraad, akhirnya meninggal di penjara. Johan diketahui meninggal karena menderita penyakit beri-beri akibat malnutrisi. Sementara dua lainnya, Van Haugel dan Simon Rietema, selamat hingga Jepang menyerah.
Peristiwa-peristiwa ini terekam kuat dalam ingatan Wim kecil. Di usia senjanya, ia masih bisa mengisahkan kisah keluarga mereka dengan runtut dan penuh emosi. Wim juga meninggalkan catatan dalam tulisan tangan data nama-nama keluarga dan orang-orang Indo Belanda dan Eropa yang bersama keluarganya saat itu.
Catatan Wim Oosterhuis - Dok. Tjahjana Indra Kusuma

Hijrah ke Belanda dan Warisan Ingatan
Setelah Jepang menyerah pada 1945, keluarga Oosterhuis berpindah ke Jalan Cerme 2. Namun suasana politik yang kian panas jelang Agresi Militer Belanda I membuat mereka diprioritaskan untuk hijrah ke Belanda. Tonko telah gugur sebagai tentara KNIL, dan keluarga besar di Belanda menyatakan kesediaan menampung.
Perjalanan panjang pun dimulai: dari Malang ke Solo, lalu ke Semarang dan Batavia. Mereka tinggal dua minggu di kamp internir Cideng, dilanjutkan ke Bandung selama tiga bulan. Hingga akhirnya, pada 2 September 1946, mereka berlayar dari Tanjung Priok dengan kapal uap “Kota Baroe”, dan tiba di Rotterdam 2 Oktober 1946.
Kehidupan baru mereka mulai di kota pertanian Meeden, sebelum kemudian menetap di Heerenveen. Istri Tonko, Aletta Toepa wafat di sana pada tahun 1973.
Bangku Kenangan dan Pertemuan Hangat
Setelah puluhan tahun berlalu, tahun 1978–1979 keluarga besar Oosterhuis kembali menginjakkan kaki di Indonesia. Meski banyak hal telah berubah, Malang dan Timor tetap menjadi rumah dalam kenangan mereka, tanah tumpah darah ibu dan tempat terakhir sebelum kepergian panjang ke Eropa.