Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjadi Pustakawan "Smart"

23 November 2022   10:10 Diperbarui: 24 November 2022   00:10 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pustakawan merapihkan tumpukan buku-buku di Perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (8/11/2017)(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Saat ini marak lembaga-lembaga, baik yang berkaitan dengan kepustakaan maupun umum mewadahi para pustakawan untuk berkompetisi. 

Inilah saatnya bagi pustakawan mengasah ilmunya untuk menjadi seorang yang berprestasi. Prestasi tidak melulu memenangkan sebuah kompetisi, melainkan mampu memberi kontribusi yang positif bagi generasi penerusnya. 

Selain mengikuti kompetisi, pengelolaan perpustakaan yang baik dan memenuhi standar juga akan menggiring pustakawan menjadi seorang yang yang berprestasi. 

Hal ini juga menuntut antusias dan kreativitas dari pustakawan itu sendiri. Jika tidak, tujuan poin ini tidak akan terlaksana.

Kenangan Juara 2 Menulis Karya Ilmiah Populer - Perpustakaan Kota Malang 2020 | dokumentasi pribadi 
Kenangan Juara 2 Menulis Karya Ilmiah Populer - Perpustakaan Kota Malang 2020 | dokumentasi pribadi 

Pustakawan milenial diharapkan memaksimalkan perannya dalam mengembangkan perpustakaan menjadi tempat yang welcome yaitu nyaman dan dapat memenuhi kebutuhan pemustakanya, networking yang aktif berinteraksi dan berintegrasi dengan perpustakaan lain dan up to date dalam hal sumber-sumber informasi terkini. 

Hal ini berkaitan hubungannya dengan lembaga di mana perpustakaan ini berada, karena lembagalah yang menunjang kebutuhan sarana dan prasarana dan ketersediaan sumber informasi sebuah perpustakaan.

Dalam kurikulum sekolah, pustakawan bersinergi dengan guru-guru mata pelajaran untuk memanfaatkan koleksi perpustakaan sebagai sarana literasi. 

Budaya literasi digalakkan kembali sejak tahun 2015 melaui program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 

Hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari penumbuhan budi pekerti dan pembinaan nilai karakter. Salah satu kegiatan yang telah berjalan adalah membaca buku nonteks selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.

Dengan menyediakan jam khusus untuk kegiatan literasi juga sangat mendukung program ini. Literasi tidak hanya diberikan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia saja, melainkan juga berkolaborasi dengan mata pelajaran yang lain. Segala ilmu yang diajarkan selalu berkaitan dengan literasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun